Harga emas melonjak tajam setelah serangan Israel ke Iran pada Jumat (13 Juni 2025). Ketegangan geopolitik yang meningkat dan harapan akan pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed mendorong harga emas mendekati rekor tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan Jumat, harga emas dunia naik 1,42% menjadi US$ 3.432,18 per troy ons. Secara mingguan, harga emas telah naik 3,70%, melanjutkan tren positif selama dua minggu berturut-turut. Harga emas kini semakin dekat dengan rekor intraday di US$ 3500 per troy ons yang dicapai pada 21 April 2025.
Konflik antara Israel dan Iran menjadi pemicu utama kenaikan harga emas. Serangan balasan antara kedua negara meningkatkan kekhawatiran investor dan mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai penarikan personel militer dari wilayah tersebut juga semakin memperkeruh suasana dan meningkatkan ketidakpastian.
Selain faktor geopolitik, data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan juga mendukung ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed. Indeks harga produsen (PPI) untuk Mei hanya naik 0,1%, di bawah ekspektasi pasar sebesar 0,2%. Data ini meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada September 2025 menjadi 80%.
Tekanan politik terhadap The Fed juga semakin meningkat. Presiden Trump kembali mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell dan menyerukan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif. Hal ini mendorong spekulasi bahwa The Fed akan segera beralih ke pelonggaran kebijakan moneter.
Goldman Sachs memperkirakan bahwa pembelian emas oleh bank sentral akan mendorong harga emas ke $3.700/ons pada akhir 2025 dan $4.000 pada pertengahan 2026. Bank of America melihat peluang emas naik ke $4.000/ons dalam 12 bulan ke depan.
Di pasar fisik, permintaan emas di Asia melemah karena harga yang melonjak. Namun, beberapa analis tetap berhati-hati untuk memprediksi rekor tertinggi baru pada minggu depan meskipun harga emas telah menembus level resistance jangka pendek.