Kasus HIV-AIDS di Kulonprogo: Mayoritas karena Hubungan Heteroseksual, Upaya Pencegahan Terus Digencarkan

Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo mencatat 19 kasus HIV-AIDS sepanjang tahun 2025. Dari jumlah tersebut, sebagian besar terdeteksi pada warga dari luar Kulonprogo yang memeriksakan diri di fasilitas kesehatan setempat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kulonprogo menyoroti bahwa hubungan sesama jenis menjadi salah satu faktor risiko penularan HIV-AIDS, dengan persentase mencapai 10-15%. Selain itu, faktor lain yang turut berkontribusi adalah waria, penyakit TB, infeksi menular seksual (IMS), penularan dari ibu ke anak, dan pekerja seks.

Kasus HIV-AIDS tersebar di delapan kapanewon, yaitu Galur, Panjatan, Lendah, Pengasih, Samigaluh, Temon, Sentolo (masing-masing 1-2 kasus), dan Wates (4 kasus). Dinkes Kulonprogo berharap angka ini tidak terus meningkat, mengingat pada tahun 2024 tercatat 49 kasus.

"Penularan terbanyak HIV-AIDS masih karena heteroseksual," ujar Arif.

Berbagai upaya pencegahan terus dilakukan, termasuk pencegahan primer bagi individu yang belum terinfeksi. Dinkes Kulonprogo mendistribusikan kondom gratis melalui komisi penanggulangan AIDS, baik di masyarakat maupun sekolah. Selain itu, tersedia layanan tes HIV dan terapi ARV bagi ibu hamil untuk mencegah penularan ke bayi.

Deteksi dini juga digalakkan melalui tes HIV sukarela di fasilitas kesehatan. Pasien yang terdiagnosis positif HIV mendapatkan pengobatan, perawatan, dan pendampingan.

Dinkes Kulonprogo mengimbau masyarakat untuk aktif melakukan pencegahan mandiri, seperti menghindari hubungan seks dengan banyak pasangan, menggunakan kondom saat berhubungan dengan orang yang positif HIV, dan tidak menggunakan jarum suntik narkoba.

Scroll to Top