Memasuki pertengahan tahun 2025, aktivitas gunung berapi menjadi sorotan utama dengan tercatatnya 54 erupsi, termasuk Gunung Etna di Italia. Namun, perhatian khusus tertuju pada dua gunung berapi raksasa yang diprediksi memiliki potensi erupsi besar. Apakah kita perlu khawatir tentang Yellowstone di Amerika Serikat dan Axial Seamount di Samudra Pasifik?
Mari kita telaah lebih lanjut mengenai sejarah dan potensi erupsi kedua gunung berapi ini:
Yellowstone: Ancaman Supervolcano?
Yellowstone terakhir kali meletus sekitar 640.000 tahun lalu, menciptakan kawah raksasa berukuran 70 x 45 kilometer dan fenomena geyser yang menakjubkan. Letusan dahsyat ini mengakibatkan abu vulkanik menyelimuti sebagian besar wilayah Amerika Serikat dan aliran lava yang meluas hingga bermil-mil.
Meskipun aktivitas vulkanik kecil seperti gempa bumi (antara 1.000 dan 3.000 per tahun dengan magnitudo kecil) sering terjadi, para ilmuwan memperkirakan bahwa erupsi besar berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Dengan siklus erupsi dahsyat setiap 700.000 tahun, kita masih memiliki waktu sekitar 60.000 tahun sebelum potensi erupsi besar berikutnya.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa reservoir magma di bawah Yellowstone lebih terfragmentasi dan tidak sebesar perkiraan sebelumnya. Ninfa Bennington, seorang ahli geofisika, menjelaskan bahwa magma tersimpan di wilayah-wilayah terpisah di seluruh Yellowstone, bukan dalam satu reservoir besar.
Kesimpulannya, kemungkinan erupsi Yellowstone pada tahun 2025 sangat kecil. Bahkan jika terjadi, letusannya diperkirakan tidak akan separah yang dikhawatirkan sebelumnya.
Axial Seamount: Ancaman dari Kedalaman Laut
Axial Seamount, gunung berapi bawah laut setinggi 100 meter dengan diameter 2 km, menunjukkan tanda-tanda aktivitas yang lebih menjanjikan. Letusan terakhirnya terjadi pada tahun 2015, dan kini para ahli melihat indikasi serupa.
Permukaan Axial membengkak hingga ketinggian yang sama seperti sebelum letusan tahun 2015, menandakan adanya akumulasi magma di bawah permukaan dan peningkatan tekanan di dalam gunung berapi. Pengukuran ini dilakukan melalui kabel dasar laut yang merekam setiap guncangan dan gemuruh.
Para peneliti menggunakan berbagai metode, termasuk kecerdasan buatan dan analisis data pra-erupsi tahun 2015, untuk meningkatkan akurasi prediksi mereka. Vulkanolog Valerio Acocella menyatakan bahwa letusan Axial Seamount pada tahun 2025 mungkin saja terjadi, dan jika itu terjadi, akan memberikan wawasan berharga untuk memahami cara kerja gunung berapi.
Dengan demikian, Axial Seamount tampaknya menjadi gunung berapi yang lebih mungkin meletus pada tahun 2025 dibandingkan Yellowstone.