Jakarta – Iran mengambil sikap tegas dengan menghentikan kerjasama lebih lanjut dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), badan pengawas nuklir yang terafiliasi dengan PBB. Keputusan ini dipicu oleh ketidakpedulian IAEA setelah Israel menyerang fasilitas nuklir Iran.
Menurut pernyataan pejabat tinggi Iran, serangan Israel telah menyebabkan kerusakan pada beberapa fasilitas nuklir penting, termasuk yang berada di Natanz, Khondab, dan Khorramabad. Iran merasa IAEA seharusnya tidak diam saja melihat kejadian ini.
Iran menegaskan bahwa tanpa adanya respons dari IAEA terhadap serangan tersebut, kerjasama seperti sebelumnya tidak akan dilanjutkan. Bahkan, Iran mengancam tidak akan memberitahu IAEA jika mengambil langkah-langkah khusus untuk melindungi fasilitas nuklirnya.
Serangan Israel yang dimulai pada Jumat (13/6) lalu menargetkan berbagai fasilitas nuklir Iran, termasuk Pusat Teknologi Nuklir di Esfahan, kompleks nuklir di Arak, dan pabrik pengayaan uranium di Fordow. Tidak hanya itu, markas besar IRGC, depot amunisi, situs pertahanan udara, pangkalan militer, hingga fasilitas rudal bawah tanah juga menjadi sasaran.
Serangan besar-besaran tersebut, yang menggunakan ratusan amunisi, bertujuan untuk menghambat program nuklir Iran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangkaian serangan ke wilayah Israel, termasuk Tel Aviv, Rishon LeZion, dan Distrik Utara. Serangan terbaru berupa peluncuran rudal ke Israel bagian utara dan tengah pada Minggu (15/6) pagi waktu setempat.
Akibat serangan tersebut, warga Israel diminta untuk berlindung dan sirine berbunyi di seluruh negeri. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menginstruksikan warga untuk tidak bepergian.
Laporan menyebutkan bahwa serangan rudal Iran di kawasan utara Israel telah menyebabkan korban jiwa dan beberapa orang lainnya dikhawatirkan terjebak di reruntuhan. Sistem pertahanan udara Israel dikabarkan sedang berupaya untuk mencegat ancaman tersebut.