Harga Rumah Tinggi Bikin Kesehatan Mental Masyarakat Menurun, Kok Bisa?

Sebuah studi menarik mengungkap fakta mengejutkan: ada korelasi erat antara harga properti dengan kondisi psikologis masyarakat. Semakin mahal harga rumah di suatu daerah, semakin berpotensi buruk pula kesehatan mental warganya.

Penelitian yang dilakukan di Tiongkok dan diterbitkan dalam jurnal Mental Health Research, menemukan bahwa kenaikan harga rumah yang signifikan berkorelasi dengan peningkatan jumlah pasien rawat jalan yang mencari bantuan terkait masalah kejiwaan. Lonjakan harga properti, terutama dalam satu dekade terakhir, menciptakan tekanan finansial yang berat bagi banyak keluarga, memicu kecemasan dan stres.

Analisis data dari 31 provinsi di Tiongkok antara tahun 2008 dan 2019 menunjukkan tren yang jelas: harga rumah naik, kunjungan ke layanan kesehatan mental juga meningkat. Hasil ini tetap konsisten bahkan setelah dilakukan pengujian lebih lanjut.

Studi ini menekankan bahwa ledakan harga rumah dapat memperburuk kesehatan mental dan meningkatkan beban pada sistem layanan kesehatan. Para peneliti menyerukan intervensi yang ditargetkan oleh para pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini dan mempromosikan masyarakat yang lebih sehat di tengah urbanisasi dan perubahan ekonomi yang pesat.

Menariknya, penelitian ini juga menemukan bahwa kelompok usia dewasa muda (22-45 tahun) dan perempuan adalah kelompok yang paling sensitif terhadap kenaikan harga rumah dan paling rentan mengalami dampak negatif pada kesehatan mental mereka. Stres terkait pasar perumahan tampaknya lebih memengaruhi kelompok demografis ini.

Meskipun temuan ini relevan, para peneliti mengingatkan bahwa konteks di Tiongkok, khususnya di kota seperti Shenzhen, mungkin tidak sepenuhnya dapat digeneralisasikan ke negara atau wilayah lain dengan dinamika perumahan dan budaya yang berbeda.

Scroll to Top