Sebuah video viral memperlihatkan visualisasi menakjubkan tentang bagaimana Bumi ‘bernapas’ melalui siklus karbon dioksida (CO2). Visualisasi ini, yang awalnya dikembangkan oleh NASA, memberikan perspektif baru tentang interaksi kompleks antara vegetasi dan atmosfer planet kita.
Visualisasi ini dibuat oleh Scientific Visualization Studio (SVS) NASA dengan memanfaatkan data dari dua instrumen penting: AIRS (Atmospheric Infrared Sounder) dan MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer). AIRS mengukur konsentrasi CO2 di atmosfer, sementara MODIS menganalisis kesehatan dan kepadatan vegetasi.
Data-data ini memungkinkan para ilmuwan untuk mengembangkan metode inovatif dalam mengukur aktivitas tanaman dari luar angkasa. Mereka mengamati cahaya redup yang dipancarkan tanaman selama proses fotosintesis, seolah-olah tanaman memiliki "cahaya internal." Cahaya ini, yang dikenal sebagai fluoresensi klorofil, tidak terlihat oleh mata manusia, namun mengungkap seberapa banyak CO2 yang diserap oleh tanaman dan hutan.
Fenomena fluoresensi klorofil ini kemudian dianalogikan sebagai "detak jantung" atau "pernapasan" Bumi, karena mengikuti pola musiman. Aktivitas tanaman meningkat seiring dengan musim tumbuh, yang kemudian menurun saat vegetasi beristirahat di musim dingin. Video viral tersebut berhasil menangkap osilasi ini dalam animasi yang menyerupai tarikan dan hembusan napas raksasa.
Lantas, apakah Bumi benar-benar bernapas?
Meskipun Bumi tidak bernapas seperti manusia, analogi ini menggambarkan siklus geokimia yang penting. Tanaman melakukan fotosintesis, tanah menguraikan bahan organik, dan lautan menyerap CO2.
Di musim panas, tanaman lebih aktif dan menyerap CO2 dalam jumlah besar, seolah-olah Bumi sedang "menghirup" udara. Sebaliknya, di musim dingin, saat pertumbuhan tanaman melambat, tanah melepaskan karbon dioksida, seolah-olah planet ini sedang "mengembuskan napas." Pola ini lebih jelas terlihat di Belahan Bumi Utara, yang memiliki daratan yang lebih luas.
Cahaya tanaman berfungsi sebagai monitor jantung untuk proses ini. Semakin banyak fluoresensi, semakin banyak fotosintesis yang terjadi, dan semakin kuat Bumi "bernapas." Sebaliknya, jika cahaya memudar, ini bisa menjadi indikasi adanya stres lingkungan, seperti kekeringan, yang menyebabkan "pernapasan" planet menjadi lebih lemah.
Animasi ini memungkinkan kita untuk memvisualisasikan fenomena kompleks ini dengan cara yang jelas dan mudah dipahami. Ini juga menjadi pengingat penting bahwa hutan secara harfiah adalah "paru-paru" dunia. Meskipun Bumi mungkin tidak bernapas secara harfiah seperti kita, planet ini memiliki siklus CO2 yang vital yang kini kita pahami lebih baik berkat penemuan "cahaya" tanaman.