Pemerintah Indonesia tengah gencar mempercepat penyediaan akses internet tetap berkecepatan tinggi hingga 100 Mbps, khususnya di daerah-daerah terpencil dan wilayah yang belum terjangkau jaringan serat optik. Langkah ini merupakan bagian integral dari upaya pemerataan digital secara nasional, dengan harapan dapat mendukung peningkatan kualitas layanan publik, pendidikan, dan kesehatan di seluruh penjuru Indonesia.
Inisiatif strategis ini akan difasilitasi melalui alokasi spektrum frekuensi yang baru serta penerapan skema jaringan terbuka (open access). Dengan model ini, infrastruktur yang dibangun dapat dimanfaatkan secara bersama-sama oleh berbagai penyedia layanan telekomunikasi, sehingga harga layanan menjadi lebih kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat luas.
Transformasi digital bangsa tidak akan terwujud tanpa konektivitas yang memadai. Layanan publik, termasuk di daerah 3T (terpencil, terluar, dan tertinggal), harus beralih ke format digital.
Data terkini mengungkap bahwa mayoritas sekolah dan puskesmas di Indonesia masih belum memiliki akses internet tetap yang memadai, sementara ribuan kantor desa masih berada di zona blank spot. Tingkat penetrasi fixed broadband pun masih tergolong rendah dari total rumah tangga.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pemerintah telah menyiapkan spektrum baru yang akan dialokasikan secara transparan kepada penyelenggara jaringan tetap, dengan skema open access yang menjamin infrastruktur dapat digunakan secara bersama. Proses seleksi operator akan segera dimulai secara terbuka dan akuntabel, dengan menekankan pada kesiapan teknologi dan komitmen layanan yang terjangkau.
Sejalan dengan kebijakan ini, pemerintah melalui program BTS Universal Service Obligation (USO) terus memperluas pembangunan infrastruktur digital di wilayah 3T, mencakup wilayah timur Indonesia.
Pembangunan infrastruktur ini harus diimbangi dengan edukasi dan literasi penggunaan internet yang bijak, agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal dan menghindari dampak negatif. Banyak masyarakat yang belum memiliki pemahaman yang cukup tentang cara menggunakan internet dengan baik, sehingga rentan terhadap konten negatif.
Selain itu, tantangan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ribuan pulau menjadi faktor penting yang memerlukan waktu dan upaya berkelanjutan untuk memastikan koneksi yang stabil dan cepat di seluruh wilayah.