Waspada! Kasus Sifilis di Indonesia Meroket, Capai Angka Mengkhawatirkan di Tahun 2024

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini menyampaikan kabar yang cukup mengkhawatirkan terkait peningkatan kasus sifilis di Indonesia. Sepanjang tahun 2024, tercatat ada 23.347 kasus, sebuah lonjakan yang signifikan dan menjadikan penyakit menular seksual ini sebagai perhatian utama.

Sifilis, atau yang dikenal juga dengan sebutan raja singa, adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penularannya bisa terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman. Selain itu, ibu hamil yang terinfeksi sifilis dapat menularkannya kepada janin, menyebabkan sifilis kongenital yang sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir.

Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes menunjukkan tren peningkatan kasus sifilis secara berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, jumlah kasus tercatat lebih dari 20 ribu. Angka ini kemudian melonjak di tahun 2024 dengan lebih dari 23 ribu kasus. Meskipun sebagian besar kasus terjadi di wilayah perkotaan, wilayah pedesaan juga mulai merasakan dampaknya.

Salah satu isu penting yang disoroti oleh Kemenkes adalah stigma yang salah terhadap penyakit ini. Banyak yang keliru mengaitkan sifilis hanya dengan perilaku seks bebas. Padahal, sifilis bisa menyerang siapa saja, termasuk mereka yang memiliki pasangan tetap, terutama jika pasangan tersebut pernah terinfeksi sebelumnya.

Bahkan, walaupun penularan melalui transfusi darah sangat jarang terjadi berkat prosedur skrining modern, risiko ini tetap ada jika pengawasan tidak dilakukan dengan ketat.

Mengenal Tahapan Sifilis dan Dampaknya

Penyakit sifilis berkembang melalui empat tahapan, masing-masing dengan gejala dan tingkat bahaya yang berbeda:

  1. Tahap Primer: Muncul luka tidak nyeri (chancre) di area genital, anus, atau mulut.

  2. Tahap Sekunder: Disertai ruam kulit, demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

  3. Tahap Laten: Tidak ada gejala sama sekali, namun bakteri tetap aktif di dalam tubuh.

  4. Tahap Tersier: Tahap ini dapat merusak organ vital seperti jantung, otak, dan bahkan menyebabkan kelumpuhan atau kematian.

Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada sekitar 7 juta kasus baru sifilis setiap tahunnya. Banyak di antaranya tidak terdeteksi karena gejalanya yang samar atau tidak muncul sama sekali pada tahap awal.

Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tidak ragu atau malu melakukan pemeriksaan jika merasa memiliki risiko. Tes sifilis kini mudah diakses di Puskesmas dan rumah sakit, hanya dengan melalui tes darah sederhana.

Pengobatan sifilis efektif, terutama jika didiagnosis pada tahap awal. Antibiotik penisilin terbukti ampuh menghentikan perkembangan bakteri penyebab sifilis. Jangan tunda, lakukan pemeriksaan segera jika Anda merasa berisiko!

Scroll to Top