Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) memproyeksikan pendapatan fantastis, menembus angka Rp13 triliun dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Optimisme ini didasarkan pada gelombang investasi yang masuk ke Indonesia selama satu dekade terakhir, mencapai Rp9.100 triliun.
Rosan Roeslani, CEO Danantara, meyakini bahwa pendapatan tersebut akan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi Indonesia, menargetkan angka 8% pada tahun 2029. Target ambisius ini sejalan dengan proyeksi yang disampaikan oleh Kementerian PPN/Bappenas.
Danantara, sebagai pengelola dana abadi negara, memiliki total aset yang mengesankan, melebihi Rp15.000 triliun yang berasal dari seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dana kelolaan ini diperoleh melalui pembagian dividen BUMN, yang kemudian diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan. Target return investasi yang ditetapkan adalah minimal 10%.
Sebagai strategi diversifikasi, Danantara berencana mengalokasikan sekitar 20% dari total investasinya ke luar negeri. Dengan demikian, total investasi, baik di dalam maupun di luar negeri, mencapai 35%. Ini berarti sekitar US$185 miliar akan dialokasikan untuk investasi setiap lima tahun.
Rosan Roeslani, yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, menekankan pentingnya investasi dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi menjadi ujung tombak dalam mewujudkan perekonomian yang kuat dan inklusif.