Kasus HIV/AIDS di Jogja Mengkhawatirkan, Didominasi Usia Produktif

Kota Jogja mencatatkan ratusan kasus HIV/AIDS dalam empat tahun terakhir. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja menunjukkan adanya 554 kasus sejak 2022 hingga awal 2025.

Pada 2022, tercatat 193 kasus, meningkat menjadi 205 kasus pada 2023. Meskipun mengalami penurunan menjadi 136 kasus pada 2024, hingga Februari 2025 sudah ada 20 kasus baru.

Mayoritas penderita HIV/AIDS berada pada usia produktif, antara 20 hingga 30 tahun. Kelompok usia 30 sampai 40 tahun menjadi kelompok terbanyak kedua. Penderita berasal dari berbagai kalangan, dengan wiraswastawan sebagai kelompok yang dominan.

Penyebaran HIV/AIDS paling banyak terjadi melalui hubungan heteroseksual, mencapai 45 persen dari total kasus. Sementara itu, 25 persen kasus lainnya disebabkan oleh hubungan homoseksual atau Lelaki Suka Lelaki (LSL).

Penularan juga dapat terjadi melalui penggunaan narkotika suntik dan penularan dari ibu ke anak. Namun, penularan dari ibu ke anak relatif kecil karena pemeriksaan kesehatan yang ketat pada ibu hamil. Semua ibu hamil wajib menjalani tes kesehatan untuk mendeteksi HIV, Hepatitis B, dan Sipilis.

Melihat tingginya angka kasus HIV/AIDS, Dinkes Kota Jogja terus berupaya menurunkan jumlah kasus setiap tahunnya. Masyarakat diimbau untuk menghindari aktivitas seks bebas yang dapat memicu penularan penyakit ini.

Bagi yang belum menikah, disarankan untuk tidak berhubungan seks sebelum menikah. Pasangan suami istri diharapkan saling setia, dan penggunaan kondom disarankan sebagai upaya pencegahan bagi yang berisiko.

Program nasional menargetkan "tiga zero" dalam penanganan HIV/AIDS: nol kasus baru, nol angka kematian karena HIV/AIDS berkat ketersediaan obat, dan nol stigma serta diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.

Scroll to Top