TBC di Jogja Menurun Berkat Gencarnya Pemeriksaan

Kota Jogja masih bergulat dengan penyakit menular Tuberkulosis (TBC), namun kabar baiknya, tren kasus menunjukkan penurunan. Hingga Mei 2025, tercatat 583 kasus TBC di Jogja, angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.469 kasus.

Menurut data Dinas Kesehatan Kota Jogja, penurunan ini berkat masifnya skrining TBC di masyarakat. Dengan semakin banyak penderita terdeteksi, semakin banyak pula yang bisa diobati hingga sembuh. Pemerintah kota menargetkan TBC tidak lagi menjadi masalah kesehatan serius pada tahun 2030.

Umumnya, pasien TBC bisa sembuh total setelah mengonsumsi obat selama minimal enam bulan. Namun, jika tidak diobati, kondisi penderita bisa memburuk dan bakteri menjadi resisten terhadap obat.

Mayoritas penderita TBC di Jogja berada di rentang usia produktif, yaitu 30 hingga 40 tahun. Tingkat kematian akibat TBC berkisar antara lima hingga sepuluh persen, menjadikannya salah satu penyakit menular dengan tingkat kematian tertinggi.

Penularan TBC paling banyak terjadi di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Kekurangan gizi menjadi salah satu faktor risiko utama, meskipun TBC juga bisa menyerang masyarakat dari berbagai kalangan.

Lingkungan tempat tinggal juga berperan penting dalam penularan TBC. Kawasan padat penduduk dan kumuh dengan ventilasi buruk menjadi tempat ideal bagi bakteri TBC untuk berkembang biak.

Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan guna meminimalkan risiko penularan Tuberkulosis.

Scroll to Top