Gerhana Bulan Total Jadi Laboratorium Alam Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 14 Juni 2025 – Mahasiswa dari dua program studi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berkolaborasi mengamati gerhana bulan total pada Kamis malam, 13 Juni 2025. Inisiatif ini melibatkan mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Fisika, menciptakan pengalaman belajar lintas disiplin yang unik dan berkesan.

Kegiatan ini bukan sekadar pengamatan ilmiah biasa. Lebih dari 25 mahasiswa, dengan bimbingan dosen dari kedua jurusan, terlibat dalam proyek pendidikan yang mengintegrasikan observasi langsung, metode belajar aktif, dan berbagi pengetahuan. Dukungan penuh diberikan oleh Laboratorium Fisika dan Laboratorium Microteaching PGMI.

Pengamatan dilakukan di pelataran utama kampus, di depan gedung Laboratorium Terpadu, mulai pukul 18.30 hingga 21.30 WIB. Gerhana bulan total, fenomena alam yang langka, menjadi media pembelajaran efektif untuk memahami konsep rotasi dan revolusi bulan, serta pembentukan bayangan bumi.

Mahasiswa menggunakan tiga teleskop (Newtonian dan Refraktor) untuk mengamati dan mendokumentasikan setiap fase gerhana. Kegiatan dimulai dengan persiapan alat dan briefing keselamatan, dilanjutkan dengan observasi gerhana, mencapai puncaknya pada pukul 20.15, dan diakhiri dengan sesi diskusi dan refleksi.

Kegiatan ini memberikan tiga keuntungan utama:

  • Pembelajaran Praktis dan Terintegrasi: Mahasiswa dapat memahami fenomena astronomi yang kompleks melalui observasi langsung, bukan hanya teori dari buku.
  • Penguatan Literasi Sains dan Teknologi: Mahasiswa PGMI berkesempatan menggunakan teleskop dan meningkatkan pemahaman tentang astronomi.
  • Kolaborasi Inspiratif: Mahasiswa PGMI belajar sains dari Fisika, sementara mahasiswa Fisika belajar menyederhanakan konsep untuk pendidikan dasar.

Kunci keberhasilan kegiatan ini terletak pada perencanaan yang matang dan kolaborasi yang erat. Panduan sederhana, briefing awal, dan diskusi pasca-kegiatan membuat pengalaman belajar menjadi lebih bermakna.

"Saya jadi tahu cara kerja teleskop dan bisa menjelaskan gerhana ke anak-anak SD dengan bahasa sederhana," ujar Maya, seorang mahasiswa PGMI. Rizal, mahasiswa Fisika, menambahkan, "Melatih menjelaskan konsep fisika ke teman PGMI itu seru, ternyata tidak mudah tapi menantang!"

Dengan total 29 peserta, tiga teleskop, dan dukungan penuh dari kampus, kegiatan ini membuktikan bahwa pendidikan harus kontekstual. Mahasiswa tidak hanya menghafal, tetapi mengalami langsung.

Rencananya, program ini akan menjadi agenda tahunan, dengan pengembangan modul pembelajaran berbasis fenomena alam untuk SD/MI dan perluasan kolaborasi ke jurusan Biologi dan Pendidikan Bahasa.

Gerhana bulan bukan hanya fenomena langit, tetapi juga pemicu pembelajaran di bumi. Dengan pendekatan cepat, praktis, dan kolaboratif, pendidikan menjadi lebih dekat, nyata, dan menyenangkan. Program semacam ini perlu diperluas dan diduplikasi oleh kampus lain. Masa depan pendidikan ada di tangan kolaborasi dan inovasi.

Scroll to Top