Iran Klaim Taktik Baru dalam Serangan Rudal ke Israel, Tel Aviv dan Haifa Porak Poranda

Jakarta – Ketegangan Timur Tengah kembali memanas. Iran mengklaim telah menggunakan metode serangan rudal inovatif yang menghantam Tel Aviv dan Haifa pada Senin (16 Juni 2025). Serangan ini menyebabkan kerusakan signifikan pada area pemukiman dan meningkatkan kekhawatiran global akan eskalasi konflik.

Rudal-rudal yang diluncurkan menjelang subuh menghancurkan sejumlah bangunan di Tel Aviv, termasuk area padat di sekitar pasar Shuk HaCarmel dan kawasan permukiman dekat Petah Tikva. Serangan balasan Iran ini menewaskan setidaknya lima orang dan melukai lebih dari seratus lainnya, menyusul serangan Israel terhadap situs-situs militer Iran pekan lalu.

Garda Revolusi Iran menyatakan keberhasilan serangan ini berkat pendekatan taktis baru yang dirancang untuk mengakali sistem pertahanan berlapis Israel.

"Inisiatif dan kemampuan baru yang kami implementasikan menyebabkan gangguan pada sistem pertahanan musuh, meskipun mereka didukung penuh oleh AS dan kekuatan Barat serta teknologi canggih," kata pernyataan resmi Garda Revolusi.

Pihak militer Israel belum memberikan tanggapan atas klaim tersebut. Namun, para pejabat sebelumnya mengakui bahwa sistem pertahanan seperti Iron Dome tidak sepenuhnya mampu menghadapi serangan besar dan simultan.

Seorang warga Tel Aviv, Guydo Tetelbaun (31), menggambarkan momen mengerikan saat rudal menghantam dekat apartemennya.

"Kami berlari ke tempat perlindungan. Beberapa menit kemudian, pintunya meledak. Orang-orang masuk dengan berlumuran darah. Setelah semuanya reda, kami kembali ke apartemen dan nyaris tidak ada yang tersisa," tuturnya.

Kebakaran dilaporkan terjadi di pembangkit listrik dekat pelabuhan Haifa. Otoritas darurat masih melakukan operasi pencarian di beberapa area terdampak.

Militer Israel mengonfirmasi telah melancarkan serangan balasan pada Senin pagi, menargetkan pusat komando Garda Revolusi dan posisi militer Iran.

Sementara itu, jumlah korban jiwa di Iran akibat serangan Israel sebelumnya mencapai 224 orang, sebagian besar warga sipil, menurut data Kementerian Kesehatan Iran.

Scroll to Top