Gelombang serangan siber kembali menghantam Israel di tengah konflik yang memanas dengan Iran. Kali ini, beberapa lembaga penting di bawah Kementerian Pertahanan Israel menjadi sasaran peretasan yang signifikan. Data rahasia, termasuk peta militer dan sistem sensitif, dilaporkan bocor dan dipublikasikan secara online.
Sebuah kelompok hacktivist pro-Palestina yang menyebut diri mereka "Handala Hack," yang berbasis di Iran, mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Kelompok ini dikenal karena menargetkan institusi pemerintah, militer, dan infrastruktur kritikal Israel dalam serangkaian serangan sebelumnya.
Handala Hack memperkenalkan diri kembali dengan logo baru dan mengumumkan tiga operasi peretasan besar yang berhasil mereka lakukan.
Operasi Pertama: Mengakses Sistem Bahan Bakar
Dua perusahaan penyedia sistem bahan bakar, Delekol dan Delek, menjadi korban pertama. Peretas mengklaim telah mengakses lebih dari 2 terabyte data dan memperingatkan tentang potensi ancaman terhadap SPBU serta kelumpuhan jet tempur Israel.
Operasi Kedua: Menembus "Tangan Rahasia" Kementerian Pertahanan
YG New Idan Ltd, perusahaan yang disebut sebagai "tangan rahasia" Kementerian Pertahanan Israel, menjadi target berikutnya. Handala Hack mengklaim telah menguasai 339GB data rahasia yang terkait dengan perancangan dan pembangunan basis militer Israel. Bocoran data mencakup gambar Pressure Vessel (tabung tekanan) dan tampilan server Manager Windows yang digunakan untuk mengatur sistem jaringan skala besar.
Operasi Ketiga: Membongkar Program Drone Rahasia
Serangan paling signifikan diarahkan kepada Aerodreams, perusahaan yang diduga terlibat dalam program drone rahasia, pelatihan pilot elite, dan logistik militer rahasia. Peretas mengklaim telah mendapatkan 400GB data internal dan akan segera mengungkapnya ke publik.
Analisis awal menunjukkan bahwa bocoran data Aerodreams mengungkap struktur udara dan militer Israel. Beberapa bocoran mencakup peta CVFR (Controlled Visual Flight Rules) wilayah udara Israel utara, yang menunjukkan rute penerbangan sipil dan militer serta lokasi bandar udara. Peta jalur penerbangan yang mencakup Israel dan wilayah Palestina juga dibocorkan, berisi informasi vital seperti rute udara militer dan sipil, zona larangan terbang, area latihan militer, dan wilayah sipil-militer campuran.
Selain peta, identitas diplomat yang menjadi perantara perusahaan dan bekerja untuk Kementerian Luar Negeri Israel serta misi diplomatik di luar negeri juga ikut dibocorkan. Serangan siber ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang keamanan data sensitif dan potensi dampak terhadap operasi militer Israel.