GAZA – Sepuluh anggota keluarga Al-Farra meregang nyawa akibat serangan udara militer Israel di Khan Younis, Gaza selatan, Jumat pagi. Tragisnya, tujuh dari sepuluh korban adalah anak-anak yang tak berdosa. Rumah keluarga Al-Farra di lingkungan Al-Mahta, Khan Younis, hancur lebur akibat gempuran tersebut.
Tim Pertahanan Sipil Gaza segera mengevakuasi jenazah para korban ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.
Selain tragedi tersebut, serangan Israel juga dilaporkan menewaskan satu orang dan melukai beberapa lainnya di Al-Mawasi, Rafah. Serangan udara juga menghantam daerah Qizan al-Najjar, selatan Khan Yunis. Di Gaza utara, seorang anak dilaporkan tewas dan beberapa lainnya terluka akibat pengeboman rumah di Jabaliya al-Balad. Pengeboman dan tembakan artileri Israel terus berlanjut di utara Rafah.
Militer Israel telah mengeluarkan peringatan evakuasi bagi warga di beberapa lingkungan Kota Gaza—Zaytoun, Shejaiya, dan Tuffah—sebelum serangan yang direncanakan. Warga sipil diinstruksikan untuk mengungsi ke tempat perlindungan di bagian barat Kota Gaza, meskipun keberadaan tempat perlindungan yang memadai diragukan.
Bersamaan dengan itu, Israel terus menutup semua penyeberangan ke Gaza, menghalangi akses terhadap makanan dan pasokan vital. PBB memperingatkan bahwa pembatasan bantuan ini akan memperburuk malnutrisi dan meningkatkan angka kematian anak. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa 60.000 anak berisiko mengalami komplikasi kesehatan parah akibat kekurangan gizi.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengungkapkan bahwa Israel memblokir 75% misi kemanusiaan PBB untuk memasuki Gaza. Blokade total sejak 2 Maret telah menghentikan pengiriman makanan dan pasokan medis, menyebabkan kelaparan ekstrem, kekurangan air bersih, tempat tinggal, dan layanan kesehatan, serta meningkatkan risiko penyakit dan kematian.
Kekerasan yang kembali pecah sejak 18 Maret telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari. Aksi militer terbaru telah menewaskan ratusan warga Palestina dan melukai lebih banyak lagi, terutama warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Meskipun banyak negara dan kelompok hak asasi manusia mengutuk pelanggaran ini, Amerika Serikat tetap mendukung Israel.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 50.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas akibat konflik ini. Gaza hancur lebur.
Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, atas tuduhan melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional (ICJ).