Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar keuangan Indonesia mengalami hari yang berat, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sama-sama terjerembab ke zona merah. Jelang libur panjang, pasar diperkirakan akan kembali tertekan akibat aksi ambil untung dan dampak negatif dari Wall Street yang mengalami penurunan tajam.
Pergerakan IHSG dan rupiah diperkirakan akan cenderung melemah pada hari terakhir perdagangan minggu ini. Walaupun hanya empat hari perdagangan, beberapa sentimen penting berpotensi memengaruhi arah pasar keuangan.
Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup melemah 41,63 poin atau 0,65% ke level 6.387,23, memutus tren penguatan selama empat hari berturut-turut. Sebanyak 250 saham mengalami kenaikan, 331 saham turun, dan 220 saham stagnan.
Nilai transaksi perdagangan tercatat tinggi, mencapai Rp 20,78 triliun dengan melibatkan 28,75 miliar saham dalam 1,15 juta transaksi. Kapitalisasi pasar mencapai Rp 11.059,04 triliun. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 8,21 triliun di seluruh pasar.
Sektor utilitas, finansial, dan konsumer primer menjadi penyebab utama penurunan IHSG. Saham-saham seperti BREN dan bank-bank besar seperti BMRI, BBCA, BBNI, dan BBRI turut menyeret IHSG ke zona negatif. Di sisi lain, saham TLKM, TPIA, KLBF, GOTO, dan AADI berhasil menahan penurunan IHSG lebih dalam.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,06% pada posisi Rp16.820/US$. Pelemahan rupiah terjadi saat indeks dolar AS justru melemah. Sejumlah faktor eksternal dan internal, seperti kebijakan tarif AS dan indikator ekonomi yang kurang mendukung, menjadi penyebab ambruknya rupiah.
Di pasar obligasi, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau anjlok 1,46% di level 6,935%, menandakan pelaku pasar kembali mengumpulkan Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara itu, Wall Street mengalami penurunan tajam. Dow Jones turun 1,73%, S&P 500 anjlok 2,24%, dan Nasdaq terjun 3,07%. Saham-saham teknologi hancur setelah Nvidia memperingatkan tentang biaya tinggi dari pembatasan ekspor chip ke China.
Sentimen yang Membayangi Pasar
IHSG dan rupiah diperkirakan akan cenderung bergerak di zona pelemahan karena berbagai sentimen negatif, termasuk memanasnya perang tarif, pernyataan Jerome Powell, dan ambruknya Wall Street. Dari dalam negeri, pengenaan tarif royalti ke sejumlah hasil tambang juga diperkirakan akan menekan emiten tambang. Libur panjang juga dikhawatirkan memicu aksi jual besar-besaran.
Berita Positif di Tengah Badai
Di tengah sentimen negatif, terdapat beberapa kabar baik. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penjualan eceran mengalami kenaikan baik secara tahunan (yoy) maupun bulanan (mtm). Selain itu, ekonomi China memulai 2025 dengan pertumbuhan yang solid.
Kebijakan Baru Pemerintah
Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan peraturan baru terkait perubahan besaran royalti mineral dan batu bara yang akan berlaku efektif per 26 April 2025.
Perang Dagang Memanas dan Dilema The Fed
Perang dagang antara AS dan China semakin memanas. The Fed menghadapi dilema dalam menentukan kebijakan ke depan karena dampak perang dagang akan mempengaruhi laju inflasi hingga pertumbuhan ekonomi.
Agenda Ekonomi Hari Ini
Sejumlah agenda ekonomi dalam dan luar negeri akan menjadi perhatian, termasuk webinar OJK, ekspose barang dan jasa Kemendag, konferensi pers FPCI, konferensi pers XL Axiata dan Smartfren, klaim pengangguran AS, serta agenda emiten di dalam negeri.