Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menuntaskan negosiasi terkait tarif balasan dari Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, AS memberlakukan tarif sebesar 32% untuk barang-barang asal Indonesia pada tanggal 2 April, namun kebijakan ini ditunda selama 90 hari terhitung sejak 9 April.
Dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, dan Menlu AS, Marco Rubio, kedua negara menegaskan komitmen kuat untuk meningkatkan kemitraan strategis di berbagai bidang, termasuk politik-keamanan, perdagangan, dan investasi.
Sugiono menyampaikan prioritas dan program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, seperti ketahanan pangan dan energi, hilirisasi industri, dan pengembangan sumber daya manusia. Prioritas ini dinilai membuka peluang kerja sama konkret dengan Pemerintah AS.
Penguatan kerja sama ekonomi RI-AS, khususnya dalam konteks rantai pasok, menjadi fokus pembahasan. Investor AS diajak untuk berinvestasi di sektor mineral kritis, seperti nikel, dan sektor-sektor strategis lainnya. Sugiono juga menekankan langkah-langkah deregulasi yang telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mempermudah investasi asing.
Selain isu bilateral, kedua Menlu juga membahas isu-isu regional dan global, seperti Laut China Selatan dan Palestina. Mereka menekankan pentingnya kerja sama dan dialog dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di kawasan.
Terkait Palestina, Sugiono menyampaikan rencana evakuasi sementara 1.000 warga Gaza yang terluka untuk mendapatkan perawatan di Indonesia, dengan jaminan bahwa mereka akan dipulangkan kembali ke tanah airnya setelah perawatan selesai.
Kedutaan AS di Jakarta menambahkan bahwa Rubio menyambut baik upaya Indonesia dalam melakukan reformasi ekonomi untuk menciptakan hubungan dagang yang adil dan seimbang. Keduanya juga membahas upaya memperdalam kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan, termasuk penegakan kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut Cina Selatan sesuai dengan hukum internasional. Rubio menyoroti pentingnya tekanan maksimal terhadap Iran untuk membatasi pendanaan terorisme dan aktivitas destabilisasi.