Jakarta – Mantan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyoroti akar permasalahan konflik yang berkecamuk antara Israel dan Iran. Menurutnya, kurangnya rasa saling percaya menjadi pemicu utama ketegangan abadi ini.
SBY menekankan bahwa terdapat doktrin di antara kedua negara yang mengarah pada keinginan untuk saling melenyapkan. Perbedaan mendasar ini membedakan konflik Israel-Iran dengan persaingan antara Amerika Serikat dan China, yang lebih berorientasi pada perebutan kepemimpinan global.
"Berbeda dengan AS dan China, hubungan Israel-Iran diwarnai doktrin saling menghancurkan. Israel merasa lebih baik menyerang duluan daripada dihancurkan oleh Iran, dan demikian pula sebaliknya," ujar SBY.
Menyusul kemelut di jalur Gaza, SBY mengaku telah memprediksi eskalasi konflik antara Israel dan Iran. Ia menjelaskan bahwa konflik di Timur Tengah melibatkan banyak aktor, namun inti permusuhan terletak pada relasi fundamental antara Israel dan Iran.
SBY juga menyampaikan kekhawatirannya atas serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran. Sebagai salah satu produsen minyak dan gas terbesar, Iran pasti akan membalas serangan yang menargetkan kekuatan ekonominya.
"Serangan masif yang melumpuhkan kekuatan ekonomi Iran pasti akan berdampak besar. Iran pasti akan membalas Israel," tegasnya.
SBY berharap para pemimpin dunia, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dapat mengambil langkah-langkah efektif untuk mengatasi konflik ini.
"Saya berharap ada kesadaran, kepedulian, dan langkah nyata dari para pemimpin dunia, baik di kawasan maupun di seluruh dunia," katanya.
Ketegangan antara Israel dan Iran mencapai puncaknya pada pertengahan Juni 2025, dengan saling serang yang menyebabkan ratusan korban jiwa dan ribuan luka-luka. Data terakhir mencatat ratusan korban jiwa dan ribuan luka-luka.