Serangan udara Israel yang mematikan, menargetkan sejumlah tokoh penting militer dekat Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, dilaporkan meningkatkan isolasinya. Kondisi ini memicu kekhawatiran terhadap stabilitas pengambilan keputusan strategis di Iran.
Sejak Jumat, 13 Juni, serangkaian serangan telah merenggut nyawa beberapa komandan elit Garda Revolusi Iran (IRGC), termasuk Hossein Salami (pimpinan IRGC), Amir Ali Hajizadeh (jenderal program rudal balistik), dan Mohammad Kazemi (kepala intelijen). Kepala staf angkatan bersenjata Iran, Mohammad Bagheri, serta Jenderal Ali Shadmani (kepala staf perang) juga dikabarkan tewas dalam serangan tersebut.
Kehilangan figur-figur kunci ini menciptakan kekosongan signifikan dalam lingkaran dalam Khamenei. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya kesalahan perhitungan yang berpotensi fatal. Rantai komando khusus Garda Revolusi, beserta aksesnya ke peralatan militer terbaik, kini berada di bawah ancaman.
Sejak revolusi 1979, Khamenei telah menempatkan Garda Revolusi, yang bertanggung jawab langsung kepadanya, sebagai pusat kekuasaan. Meskipun kementerian pertahanan di bawah presiden mengelola angkatan bersenjata reguler, Garda Revolusi selama ini berperan penting dalam menjaga keamanan internal dan menjalankan kebijakan regional Iran.
Kehilangan penasihat utama seperti Salami dan Hajizadeh menghadirkan tantangan terberat bagi Khamenei sejak ia memegang tampuk kepemimpinan pada tahun 1989. Setiap langkah strategis Iran kini berpotensi terhambat oleh kekosongan di pucuk pimpinan Garda.
Di tengah ketidakpastian negosiasi nuklir, krisis ini diperkirakan akan mengubah dinamika kekuasaan di Teheran dan memperburuk ketegangan yang sudah tinggi antara Iran dan Israel.