Empat negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, secara resmi telah menjadi bagian dari aliansi BRICS, menandai langkah signifikan dalam perluasan pengaruh blok negara berkembang ini.
BRICS, yang sebelumnya beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini semakin kokoh dengan kontribusi gabungan mencapai sekitar 28% dari perekonomian dunia. Selain keempat negara ASEAN tersebut, BRICS juga menyambut Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Nigeria, Turki, Uganda, dan Uzbekistan sebagai mitra baru.
Status sebagai negara mitra membuka pintu bagi Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam untuk meningkatkan kolaborasi ekonomi dan geopolitik dengan anggota BRICS lainnya. Meski demikian, status mitra ini tidak memberikan hak suara penuh atau kewajiban partisipasi penuh dalam setiap pertemuan BRICS.
Menteri Luar Negeri Indonesia menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah wujud nyata dari pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Menteri Ekonomi Malaysia menyatakan bahwa keanggotaan dalam BRICS berpotensi membuka peluang diversifikasi pasar ekspor, memperkuat infrastruktur, serta meningkatkan posisi politik dan ekonomi Malaysia di tingkat internasional. Ia juga menekankan bahwa langkah ini tidak akan mengganggu hubungan baik dengan negara-negara Barat.
Seorang ekonom senior ASEAN di OCBC menyoroti potensi besar kerja sama di sektor pendidikan, pariwisata, dan investasi antara negara-negara ASEAN dan anggota BRICS. Meskipun saat ini ekspor ke beberapa anggota BRICS selain China masih relatif kecil, peluang untuk pertumbuhan sangat menjanjikan.
BRICS telah memperkenalkan kategori "negara mitra" untuk memperluas jangkauan kerja sama. Presiden Rusia sebelumnya menyebutkan bahwa sekitar 30 negara telah menyatakan minat untuk menjadi mitra BRICS, dan 13 di antaranya, termasuk keempat negara ASEAN, telah diterima secara resmi.
Bergabungnya Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam sebagai mitra BRICS semakin mengukuhkan posisi ASEAN dalam tatanan ekonomi dan politik global yang semakin multipolar. Langkah ini membuka jalan bagi peluang baru dalam kolaborasi Global Selatan dan pembangunan berkelanjutan.
