Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan ancaman keras kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, di tengah meningkatnya ketegangan militer antara Iran dan sekutu dekat AS, Israel.
Melalui platform Truth Social, Trump mengklaim mengetahui lokasi persembunyian Khamenei dan mendesak pemimpin Iran itu untuk menyerah tanpa syarat. "Kami tahu persis di mana ‘Pemimpin Tertinggi’ itu bersembunyi," tulis Trump. "Dia target yang mudah, tapi aman di sana. Kami tidak akan menghabisinya saat ini. Tapi kami tidak ingin rudal ditembakkan ke warga sipil atau tentara Amerika. Kesabaran kami menipis."
Komentar ini muncul setelah Trump meminta 9,5 juta warga Teheran untuk menyelamatkan diri. Ia juga mempercepat kepulangannya dari KTT G7 untuk membahas krisis ini dengan tim keamanan nasionalnya.
Trump juga dengan tegas menyatakan kontrol penuh atas wilayah udara Teheran. Meskipun sebelumnya menolak rencana Israel untuk membunuh Khamenei, Trump kini mengungkapkan kekecewaannya karena Iran gagal mencapai kesepakatan dengannya. Ia menegaskan tujuannya adalah "penghentian total" program nuklir Iran, sesuai dengan keinginan AS dan Israel.
Iran sendiri bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Intelijen AS juga menyatakan bahwa Iran tidak secara aktif mengembangkan senjata nuklir.
Niat Israel Hancurkan Iran dengan Senjata AS
Sementara itu, Israel mengklaim telah menghancurkan pertahanan udara Iran dan kini dapat menyerang target di seluruh negeri. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan pemboman akan terus berlanjut hingga program nuklir dan rudal balistik Iran dihancurkan.
Israel telah menargetkan beberapa lokasi program nuklir Iran, tetapi belum berhasil menghancurkan fasilitas pengayaan uranium Fordo yang terletak di bawah tanah. Untuk menghancurkannya, Israel mungkin membutuhkan bom penghancur bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator seberat 30.000 pon, yang hanya bisa dibawa oleh pesawat pengebom siluman B-2 milik AS.
Situasi semakin memanas setelah beberapa rudal Iran berhasil menembus pertahanan Israel dan menimbulkan kerusakan di Tel Aviv dan Haifa. Netanyahu tetap bersikeras untuk melanjutkan operasi militer hingga Iran menghentikan pengembangan teknologi nuklir dan menghentikan rezim Khamenei yang dianggapnya menebar teror.
Netanyahu juga memprediksi bahwa dunia Arab akan semakin terbuka terhadap Israel akibat perang ini, dan bahwa konflik tersebut dapat memfasilitasi perluasan Perjanjian Abraham. "Dunia Arab telah terbuka terhadap kita," kata Netanyahu. "Dan ancaman yang kita hadapi sekarang adalah Iran. Pilihannya hanya kita atau mereka."