Trump Pertimbangkan Opsi Militer, AS Bisa Bantu Israel Serang Nuklir Iran?

Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam. Presiden AS, Donald Trump, dikabarkan semakin serius mempertimbangkan opsi penggunaan kekuatan militer untuk membantu Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. Hal ini menjadi sinyal perubahan signifikan dari pendekatan sebelumnya yang lebih mengutamakan solusi diplomatik.

Meskipun demikian, Trump diyakini masih membuka pintu bagi perundingan, meski dengan nada yang semakin keras. Sebelumnya, para pejabat AS fokus mencari jalan keluar melalui jalur diplomasi, namun retorika Trump belakangan ini menunjukkan hilangnya kesabaran.

"Saya tidak begitu berminat untuk berunding dengan Iran," tegas Trump usai menghadiri KTT G7 di Kanada. Ia bahkan menegaskan tujuannya di Iran adalah "akhir yang sesungguhnya, bukan sekadar gencatan senjata."

Pernyataan keras juga dilontarkan melalui platform media sosial Truth Social, di mana Trump menyerukan Iran untuk "MENYERAH TANPA SYARAT" dan mengklaim AS mengetahui keberadaan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Di sisi militer, Angkatan Udara AS dikabarkan tengah mempersiapkan diri untuk kemungkinan membantu pengisian bahan bakar jet tempur Israel jika serangan ke Iran benar-benar dilancarkan. Indikasi ini diperkuat dengan penempatan lebih dari 30 tanker pengisian bahan bakar udara AS di wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir. Meskipun demikian, keterlibatan AS dalam pengisian bahan bakar ini disebut hanya sebagian kecil dari potensi keterlibatan militer yang lebih besar.

Serangan udara Israel ke Iran sebelumnya telah menargetkan sejumlah fasilitas nuklir dan militer, yang mengakibatkan lebih dari 200 warga sipil tewas, termasuk beberapa petinggi Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Menanggapi ancaman dari Israel dan AS, Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa musuh akan menerima balasan yang setimpal. "Kita harus memberikan tanggapan yang kuat terhadap rezim Zionis teroris. Kami tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada Zionis," tegasnya. Kondisi ini semakin memperburuk situasi dan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas di kawasan tersebut.

Scroll to Top