Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak, Banten, meningkatkan upaya investigasi aktif dalam rangka menghentikan penyebaran kasus tuberkulosis (TBC) di wilayahnya. Langkah ini diambil sebagai strategi kunci untuk mendeteksi dini dan memutus mata rantai penularan penyakit mematikan ini.
Menurut keterangan dari Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinkes Lebak, setiap pasien yang terdiagnosis positif TBC akan menjadi fokus investigasi kontak oleh petugas puskesmas. Investigasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi orang-orang yang memiliki kontak erat dengan pasien, baik itu tetangga maupun rekan kerja.
Dalam praktiknya, setiap satu kasus TBC yang terkonfirmasi akan memicu pemeriksaan terhadap delapan orang yang diduga memiliki kontak erat dengan pasien tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengambilan sampel sputum (dahak) untuk dilakukan Tes Cepat Molekuler (TCM).
Apabila hasil TCM menunjukkan positif TBC, pasien akan segera mendapatkan pengobatan. Namun, jika hasilnya negatif, orang tersebut akan diberikan terapi pencegahan TBC sebagai langkah preventif untuk melindungi mereka dari potensi infeksi.
Dinkes Lebak menekankan pentingnya deteksi dini sebagai kunci utama dalam memutus rantai penularan TBC dan memberikan perlindungan kepada keluarga yang berisiko melalui terapi pencegahan.
Masyarakat diimbau untuk waspada terhadap gejala dan tanda-tanda TBC, seperti batuk yang berlangsung lebih dari 14 hari, keringat malam, demam, lemas, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.
TBC dapat disembuhkan asalkan terdeteksi sejak dini dan pasien menjalani pengobatan secara rutin selama 6 bulan tanpa terputus. Dengan upaya deteksi dini dan pengobatan yang disiplin, diharapkan angka kasus TBC di Kabupaten Lebak dapat ditekan secara signifikan.