Pemerintah Indonesia menaruh perhatian besar pada peningkatan produktivitas kelapa sawit di lahan yang sudah ada. Langkah ini dianggap krusial untuk memenuhi lonjakan permintaan CPO (Crude Palm Oil) domestik, terutama dalam rangka implementasi program biodiesel B40 dan persiapan menuju B50.
Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama. Menteri Pertanian telah menginstruksikan perusahaan sawit untuk meningkatkan hasil panen hingga 7 ton CPO per hektare per tahun. Saat ini, produktivitas sawit nasional masih berada di angka 3,6 ton/ha/tahun.
Kebutuhan CPO untuk program B50 diperkirakan mencapai tambahan 7 juta ton. Potensi genetik benih unggul yang telah dirilis pemerintah sebenarnya mampu menghasilkan 7 hingga 9 ton per hektare. Ini menunjukkan adanya potensi peningkatan produksi yang signifikan tanpa perlu membuka lahan baru.
Kelapa sawit memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia dengan total luas lahan mencapai 16,8 juta hektare. Pemerintah tidak hanya berupaya mempertahankan posisi Indonesia sebagai produsen sawit nomor satu dunia, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani.
Intensifikasi, termasuk replanting (peremajaan tanaman) dan perbaikan praktik budidaya, dianggap lebih realistis dibandingkan ekspansi lahan. Pemerintah juga menyoroti lambatnya kemajuan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) akibat berbagai kendala di lapangan.
Pemerintah mendorong perusahaan besar untuk berpartisipasi aktif dalam PSR melalui jalur kemitraan, seperti kolaborasi antara petani dan perkebunan inti, dengan dukungan pembiayaan dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit).