Kabar terbaru datang dari Kremlin, di mana Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan kesiapannya untuk menjadi mediator dalam konflik yang semakin memanas antara Iran dan Israel. Tawaran ini muncul di tengah kekhawatiran global akan eskalasi perang yang dapat berdampak buruk bagi stabilitas kawasan Timur Tengah.
Putin mengungkapkan niat baiknya ini dalam percakapan dengan Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ). Kremlin menegaskan bahwa Rusia siap memberikan bantuan mediasi untuk mendorong dialog konstruktif antara pihak-pihak yang berseteru. Mengingat Rusia memiliki hubungan diplomatik dengan kedua negara, posisi ini dianggap strategis untuk menjembatani perbedaan.
Namun, tawaran Putin ini mendapat tanggapan sinis dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Alih-alih menerima, Trump justru menyarankan Putin untuk lebih fokus menyelesaikan konflik yang tengah dihadapi Rusia sendiri dengan Ukraina.
"Dia menawarkan bantuan untuk mediasi. Saya katakan, ‘tolong bantu diri Anda sendiri dulu, mediasi perang Anda sendiri dulu. Mari kita mediasi Rusia dulu, ok?’" ujar Trump kepada awak media, mengungkapkan percakapannya dengan Putin.
Pernyataan Trump ini seolah menyiratkan bahwa Putin sebaiknya menyelesaikan masalah internal negaranya terlebih dahulu sebelum menawarkan bantuan untuk konflik di negara lain. Perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun menjadi sorotan, dan Trump berpendapat bahwa mencapai kesepakatan damai di Ukraina seharusnya menjadi prioritas utama bagi Putin.
Dengan penolakan dari Trump, peran Putin sebagai mediator dalam konflik Iran-Israel masih belum jelas. Dunia kini menunggu langkah selanjutnya dari kedua belah pihak dan bagaimana dinamika ini akan memengaruhi upaya perdamaian di Timur Tengah.