Keputusan Federasi Bola Voli Korea Selatan (KOVO) untuk tidak memasukkan Megawati Hangestri dalam daftar Best 7 V-League 2024-2025, serta kepindahannya kembali ke Liga Voli Indonesia bersama Gresik Petrokimia, membawa dampak signifikan bagi popularitas liga voli Korea. Ketidakpuasan penggemar voli, terutama dari Indonesia, berujung pada aksi boikot yang merugikan KOVO.
Pengumuman resmi Gresik Petrokimia mengenai bergabungnya Megawati disambut antusias oleh penggemar voli tanah air. Namun, di sisi lain, hal ini memicu kekecewaan mendalam bagi para penggemar yang berharap melihat Megawati bersinar di liga voli Korea. Performa gemilang Megawati bersama Red Sparks, yang berhasil membawa tim tersebut melaju hingga babak final, dianggap layak mendapatkan apresiasi lebih.
Kekecewaan ini kemudian menjelma menjadi aksi boikot terhadap KOVO. Banyak penggemar yang merasa Megawati diremehkan dan memilih untuk tidak lagi mengikuti perkembangan liga voli Korea. Dampaknya langsung terasa pada jumlah pengikut akun media sosial resmi KOVO yang mengalami penurunan drastis. Dari semula 123 ribu pengikut, kini hanya tersisa 110 ribu. Penurunan ini didominasi oleh penggemar dari Indonesia.
Aksi boikot ini mencerminkan betapa besar pengaruh Megawati Hangestri terhadap popularitas liga voli Korea, khususnya di kalangan penggemar Indonesia. Kepindahannya kembali ke Indonesia tidak hanya menjadi kehilangan bagi Red Sparks, tetapi juga bagi KOVO yang kini harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan daya tariknya di mata penggemar internasional.