Film "How to Train Your Dragon" versi live-action tahun 2025 tengah menjadi sorotan, menarik perhatian dari generasi milenial hingga Z. Kisah yang sebelumnya sukses dalam format animasi ini, kini hadir dengan wajah baru yang lebih memikat. Lebih dari sekadar hiburan, film ini seakan menjadi representasi semangat generasi Z dalam memandang kepemimpinan dengan cara yang unik.
Hiccup, karakter utama dalam film ini, menjadi simbol penting. Ia membuktikan bahwa keberanian sejati tidak selalu tentang kekuatan fisik, tetapi tentang keberanian untuk bersikap lembut dan empatik, bahkan dalam lingkungan yang keras. Film ini berhasil meraup sepertiga dari total pendapatan US$150 juta hanya dalam empat hari penayangannya.
Bukan Gagah, Tapi Berhati: Gaya Kepemimpinan Ala Hiccup
Hiccup, yang awalnya dipandang sebelah mata, justru menjadi sosok yang mengubah takdir desanya. Alih-alih melihat naga sebagai musuh, ia memilih pendekatan yang penuh empati. Persahabatannya dengan Toothless, naga Night Fury yang terluka, melampaui batasan logika yang ada pada masyarakatnya.
Generasi Z dapat melihat diri mereka dalam diri Hiccup. Ia membuktikan bahwa menjadi pemimpin bukan berarti meniru generasi sebelumnya, melainkan dengan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Konflik Generasi: Ketika Perubahan Sulit Diterima
Hubungan antara Hiccup dan ayahnya, Stoick the Vast, kepala suku Berk, menggambarkan konflik antar generasi. Stoick, dengan pandangan tradisionalnya, sulit menerima pendekatan Hiccup yang berbeda. Namun, ketika desa menghadapi ancaman, justru Hiccup yang menawarkan solusi melalui pendekatan ilmiah, empati, dan kolaborasi dengan naga. Pada akhirnya, Stoick menyadari potensi putranya dan mempercayakan kepemimpinan padanya.
Kepemimpinan yang Lebih Manusiawi
Hiccup hadir sebagai pemimpin yang lembut, bijaksana, dan mengutamakan perdamaian. Nilai-nilai ini selaras dengan semangat generasi Z yang lebih peduli pada keadilan, lingkungan, dan hubungan yang sehat. Film ini mengajarkan bahwa kepemimpinan tidak selalu tentang dominasi, tetapi bisa tumbuh dari kasih sayang, pemahaman lintas spesies, dan kemauan untuk mendengarkan suara-suara yang terabaikan.
Film "How to Train Your Dragon" versi live-action bukan hanya tontonan dengan visual yang memukau, tetapi juga sebuah kisah modern tentang bagaimana menjadi pemimpin di era yang terus berubah. Melalui Hiccup, generasi Z belajar bahwa cara lama tidak selalu yang terbaik, dan menjadi berbeda bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang membebaskan. Film ini layak ditonton bagi siapa saja yang merasa "tidak cukup", terutama bagi generasi muda yang sedang mencari jati diri.