Jakarta, CNBC Indonesia – Citra satelit terbaru mengungkap penurunan signifikan jumlah pesawat militer Amerika Serikat (AS) di Pangkalan Udara Al Udeid, Qatar. Perubahan ini memicu spekulasi tentang upaya perlindungan aset militer AS dari potensi serangan udara Iran.
Perkiraan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan regional, terutama setelah Presiden AS mempertimbangkan opsi intervensi dalam konflik antara Iran dan Israel.
Analisis citra satelit menunjukkan perbedaan mencolok. Awal Juni lalu, sekitar 40 pesawat militer, termasuk pesawat angkut Hercules C-130 dan pesawat pengintai, terlihat parkir di landasan pacu. Namun, pantauan terbaru menunjukkan hanya tiga pesawat yang tersisa.
Sejalan dengan situasi ini, Kedutaan Besar AS di Qatar mengumumkan pembatasan akses ke pangkalan udara tersebut. Langkah ini diambil sebagai tindakan pencegahan, mengingat kondisi keamanan regional yang tidak stabil.
Gedung Putih mengisyaratkan bahwa keputusan terkait keterlibatan AS dalam potensi serangan terhadap Iran akan diambil dalam beberapa minggu mendatang. Meski demikian, peluang negosiasi masih terbuka.
Kerentanan AS
Lokasi strategis Pangkalan Al Udeid yang berdekatan dengan Iran, membuat aset militer AS di sana sangat rentan. Ahli militer menekankan pentingnya memindahkan pesawat ke tempat yang lebih aman, seperti hanggar atau pangkalan lain, untuk mengurangi risiko kerusakan akibat serangan.
Meskipun demikian, pejabat pertahanan AS menegaskan komitmen mereka untuk menjaga keamanan operasional dan melaksanakan misi yang diberikan. Mereka menyatakan bahwa militer AS siap siaga, memiliki daya tempur tinggi, dan profesional.
Pergerakan pasukan AS di Timur Tengah telah meningkat sejak awal konflik antara Israel dan Iran. Beberapa kapal induk tambahan dikerahkan, dan sejumlah besar pesawat militer diterbangkan dari AS ke Eropa dalam beberapa hari terakhir, termasuk pesawat tanker KC-46A Pegasus dan KC-135 Stratotanker.