Kekalahan memalukan Real Madrid di kandang sendiri dari Arsenal dalam leg kedua perempat final Liga Champions telah mengguncang dunia sepak bola. Harapan untuk melakukan remontada seperti biasanya pupus sudah, dan kini sorotan tajam tertuju pada masa depan Carlo Ancelotti di kursi kepelatihan Bernabeu.
Setelah kekalahan 3-0 di leg pertama di London, banyak yang percaya bahwa magis Bernabeu akan kembali menyelamatkan Los Blancos. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Arsenal tampil dominan dan tanpa ampun, mengamankan kemenangan 2-1 di leg kedua dan memastikan kemenangan agregat 5-1 yang telak.
Awalnya, asa sempat membumbung tinggi ketika penalti Bukayo Saka berhasil ditepis oleh Thibaut Courtois. Namun, Madrid gagal memanfaatkan momentum. Mereka justru terlihat kebingungan dan mengandalkan umpan-umpan silang tanpa target yang jelas di kotak penalti.
Di babak kedua, Arsenal tampil semakin menggila. Saka menebus kesalahannya dengan mencetak gol indah, membuka keunggulan bagi tim tamu. Vinicius Jr sempat menyamakan kedudukan, memanfaatkan kesalahan William Saliba. Namun, harapan Madrid kembali dipadamkan oleh gol Gabriel Martinelli di masa tambahan waktu.
Kekalahan ini memunculkan pertanyaan serius tentang performa Madrid sepanjang musim ini. Taktik Ancelotti terlihat usang dan gagal memberikan solusi untuk membongkar pertahanan Arsenal. Dominasi lini tengah Arsenal, terutama penampilan gemilang Declan Rice, semakin menenggelamkan Los Blancos.
Kekalahan di Bernabeu adalah sesuatu yang tak biasa bagi Madrid. Kini, Ancelotti berada di bawah tekanan besar untuk membuktikan bahwa ia masih layak memimpin tim. Masa depannya di klub kini menjadi tanda tanya besar.
