Harga minyak dunia mengalami penurunan pada Jumat pagi (20/6/2025) setelah adanya indikasi dari Presiden Amerika Serikat mengenai penundaan keputusan aksi militer terhadap Iran hingga dua minggu mendatang. Pernyataan ini sedikit meredakan kekhawatiran pasar terkait potensi serangan dalam waktu dekat.
Data menunjukkan harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus turun menjadi US$76,90 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan tipis menjadi US$75,61 per barel. Pergerakan ini kontras dengan lonjakan tajam sehari sebelumnya, di mana harga Brent sempat melambung hampir 3% dan ditutup pada US$78,85 per barel.
Volatilitas tinggi mewarnai perdagangan minyak minggu ini. Pergerakan harga mencapai rentang hampir US$8, menyamai ekspektasi opsi se-agresif saat invasi Rusia ke Ukraina. Akan tetapi, pernyataan dari juru bicara Gedung Putih yang menyebutkan masih adanya peluang negosiasi dengan Iran membantu menenangkan pasar.
Seorang analis komoditas menyatakan bahwa komentar tersebut mengurangi urgensi di pasar. Proyeksi sementara menunjukkan harga minyak akan tetap berada dalam rentang fluktuatif antara US$70 hingga US$80 per barel.
Meski demikian, ketegangan tetap membayangi. Israel terus melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, meskipun belum berdampak signifikan pada infrastruktur ekspor minyak. Indikasi peningkatan pengiriman ekspor dari Iran juga turut memperlihatkan dinamika yang masih berkembang.
Pasar juga terus memantau Selat Hormuz, jalur krusial bagi pengiriman energi global yang dilalui sekitar 20% suplai minyak dunia. Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda gangguan pelayaran dari pihak Iran.