Konflik yang memanas di Timur Tengah terus memicu gejolak. Iran secara tegas menolak ajakan negosiasi dari Amerika Serikat (AS) selama agresi Israel terhadap negaranya belum dihentikan. Penegasan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menjelang kunjungannya ke Jenewa untuk membahas perkembangan konflik dengan para diplomat Eropa.
Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam sejak pertengahan Juni 2025, diawali dengan serangan rudal balistik Iran ke wilayah Israel sebagai balasan atas serangan udara Israel yang menyasar fasilitas nuklir dan militer Iran. Serangan balasan Israel kemudian menyasar situs-situs strategis Iran, termasuk kompleks nuklir di Natanz dan Arak.
AS sendiri terus berupaya melakukan deeskalasi, namun tak menutup kemungkinan opsi militer jika konflik meluas. Sementara itu, negara-negara besar dunia lainnya seperti Rusia, China, dan Uni Eropa mendesak penyelesaian damai dan penghentian kekerasan.
Di tengah situasi ini, Presiden AS melalui Sekretaris Pers Gedung Putih menyatakan akan mempertimbangkan keterlibatan dalam negosiasi dalam dua minggu ke depan.
Reaksi pasar global pun tak terhindarkan. Harga emas dunia sempat menguat karena meningkatnya ketegangan geopolitik dan melemahnya dolar AS. Harga emas dunia naik tipis dan sempat menyentuh level US$3.372,28 per troy ons, sebelum akhirnya sedikit melemah.
Sementara itu, harga minyak dunia juga mengalami kenaikan signifikan, naik sekitar US$10 per barel dalam seminggu terakhir, menjadi US$70 per barel. Para analis memprediksi potensi kenaikan harga minyak masih terbuka lebar, bahkan bisa menembus US$120-US$140 per barel.