Gadget Ternyata Bermanfaat untuk Otak Lansia? Ini Kata Studi Terbaru!

Kekhawatiran akan dampak buruk gadget seringkali menghantui, terutama bagi orang tua. Namun, sebuah studi terbaru justru mengungkap manfaat tak terduga dari penggunaan teknologi digital bagi lansia. Alih-alih menurunkan daya pikir, gadget ternyata dapat membantu menjaga kemampuan kognitif mereka.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Human Behavior edisi 2025, membantah anggapan bahwa penggunaan gadget dapat memicu "demensia digital" pada lansia. Studi ini melibatkan lebih dari 400.000 orang dewasa dan menemukan fakta menarik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia berusia di atas 50 tahun yang rutin menggunakan gadget, mengalami penurunan kognitif yang lebih rendah dibandingkan mereka yang jarang bersentuhan dengan teknologi. Ini menjadi kabar baik bagi lansia yang khawatir akan penurunan kecerdasan seiring bertambahnya usia.

Para peneliti melakukan meta analisis terhadap 57 studi terkait penggunaan teknologi digital pada lebih dari 400 ribu orang dewasa di seluruh dunia. Sampel penelitian memiliki usia rata-rata 69 tahun dan telah menjalani tes atau diagnosis kognitif.

Analisis tersebut tidak menemukan bukti yang mendukung hipotesis demensia digital akibat penggunaan teknologi. Sebaliknya, penggunaan komputer, ponsel pintar, dan internet (atau kombinasi ketiganya) justru berhubungan dengan gangguan kognitif yang lebih rendah.

Peneliti menduga bahwa hubungan antara lansia dan ponsel pintar bersifat dua arah. Orang dengan keterampilan berpikir yang lebih baik cenderung menggunakan perangkat digital, dan sebaliknya, penggunaan teknologi juga memberikan manfaat kognitif.

Hubungan ini mencakup tiga aspek penting: kompleksitas, koneksi, dan perilaku kompensatori. Penggunaan peralatan digital memungkinkan lansia untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih kompleks dan meningkatkan koneksi sosial mereka. Kedua aspek ini sangat baik untuk menjaga kinerja otak.

Teknologi juga dapat mengimbangi penurunan kognitif yang dialami lansia. Contohnya, penggunaan GPS untuk menemukan jalan atau mengatur alarm sebagai pengingat keperluan.

Pakar lain pun turut memberikan tanggapan positif terhadap studi ini. Mereka menganggap studi ini memunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang lebih mendalam dan menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dapat bermanfaat bagi kesehatan otak.

Studi ini memberikan angin segar di tengah stigma buruk terhadap teknologi yang seringkali dinilai membuat bodoh dan pelupa. Dengan memahami mekanisme yang terlibat, diharapkan dapat dirancang intervensi yang tepat bagi mereka yang berisiko mengalami penurunan kognitif.

Scroll to Top