JAKARTA, KOMPAS.TV – Indonesia tengah mengalami musim kemarau basah hingga Agustus 2025. Kondisi cuaca yang tidak stabil ini meningkatkan risiko penyakit, terutama batuk. Batuk, yang sering dianggap sama, ternyata memiliki berbagai jenis dengan penyebab dan penanganan yang berbeda.
Batuk sendiri merupakan reaksi tubuh terhadap iritasi pada tenggorokan atau saluran pernapasan. Berikut adalah beberapa jenis batuk yang perlu diwaspadai saat cuaca tidak menentu:
1. Batuk Croup
Umumnya menyerang balita, batuk croup menyebabkan pembengkakan dan iritasi pada saluran napas, membuat anak sulit bernapas. Ciri khasnya adalah suara batuk yang mirip gonggongan anjing laut, disertai suara serak akibat pembengkakan di sekitar kotak suara.
2. Batuk Basah
Batuk basah terjadi akibat adanya lendir di paru-paru. Penderita akan merasakan seperti ada benda atau tetesan di belakang tenggorokan. Disebut batuk basah karena adanya kelembapan saat lendir keluar dari sistem pernapasan. Durasi batuk ini dapat menjadi petunjuk penyakit yang diderita, akut (kurang dari 3 minggu) atau kronis (lebih dari 8 minggu).
3. Batuk Kering
Batuk kering tidak menghasilkan lendir. Penderita akan merasakan gatal atau geli di tenggorokan, memicu refleks batuk. Jenis batuk ini sulit dikendalikan dan berpotensi menjadi berkepanjangan. Batuk kering biasanya disebabkan oleh peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan dan dapat bertahan hingga peradangan mereda.
4. Batuk Paroksismal
Batuk paroksismal ditandai dengan batuk berulang dan tidak terkendali. Kondisi ini melelahkan dan menyakitkan, seringkali menyebabkan kesulitan bernapas hingga muntah. Batuk ini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella Pertussis, ditandai dengan suara "rejan" khas saat menarik napas dan sangat menular melalui droplet.