Konflik yang semakin memanas antara Iran dan Israel membuat upaya perdamaian terhambat. Iran dengan tegas menolak untuk kembali ke meja perundingan nuklir dengan Amerika Serikat selama agresi Israel terhadap wilayahnya masih berlanjut.
Menteri Luar Negeri Iran menegaskan bahwa negosiasi tidak mungkin dilakukan sampai serangan Israel dihentikan. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya eskalasi konflik, yang membuat upaya internasional untuk meredakan ketegangan tampak kurang efektif.
Eropa terus mengupayakan jalur diplomasi dengan mengundang Iran untuk berdiskusi di Jenewa, namun belum ada hasil yang signifikan. Sementara itu, Presiden AS meragukan efektivitas mediasi Eropa dan menilai Iran lebih tertarik untuk berunding langsung dengan AS. Ia juga enggan menekan Israel untuk menahan diri dari serangan militer. Menurutnya, sulit untuk meminta Israel menghentikan serangan saat mereka sedang "unggul".
AS menyatakan akan memantau situasi dan mempertimbangkan intervensi langsung dalam dua minggu ke depan. Namun, hingga saat ini, Washington cenderung membiarkan Israel melanjutkan serangannya.
Serangan militer Israel terhadap Iran semakin intensif. Jet tempur Israel dilaporkan menyerang berbagai target militer, termasuk fasilitas produksi rudal dan penelitian yang diduga terkait pengembangan senjata nuklir. Iran membalas dengan meluncurkan rudal ke wilayah Israel, termasuk kota Haifa dan Beersheba.
Konflik ini telah menyasar sejumlah lokasi sensitif, termasuk area dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr, yang memicu kekhawatiran internasional. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memperingatkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir dapat menyebabkan bencana radiasi yang luas.
Sekretaris Jenderal PBB memperingatkan bahwa konflik ini berpotensi memicu "api yang tak terkendali" dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Seruan serupa datang dari Rusia dan China, namun belum menghasilkan respons yang konkret.
Iran terus melakukan serangan balasan dengan rudal jarak jauh dan drone ke target militer Israel. Di sisi lain, Israel menyatakan tidak akan menghentikan operasi militer hingga "ancaman nuklir Iran dihancurkan".
Data dari lembaga HAM melaporkan ratusan korban jiwa di Iran akibat serangan Israel, serta puluhan warga sipil Israel tewas akibat serangan rudal Iran. Jumlah korban ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Meskipun Eropa berusaha menjembatani diplomasi, upaya ini belum membuahkan hasil. Iran menolak proposal pembatasan program nuklir yang melarang pengayaan uranium sepenuhnya, terutama dalam situasi serangan seperti saat ini.