Fasilitas nuklir Natanz di Iran menjadi sasaran serangan Israel, memicu kekhawatiran mendalam dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengenai potensi bahaya radiasi dan kontaminasi kimia. Kepala IAEA, Rafael Grossi, menyampaikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi genting di lokasi tersebut.
Grossi menjelaskan bahwa meskipun tingkat radiasi di luar gedung masih dalam batas normal, di dalam kompleks Natanz terdapat kontaminasi radiologis dan kimia. Potensi penyebaran isotop uranium menjadi perhatian utama. Partikel alfa, sebagai komponen utama radiasi, menimbulkan risiko signifikan jika terhirup atau tertelan, meskipun risiko ini dapat dikelola dengan tindakan perlindungan yang tepat. Toksisitas kimia menjadi kekhawatiran utama lainnya di dalam fasilitas tersebut.
Serangan ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak di seluruh dunia, termasuk China. Utusan China, Fu Cong, menekankan perlunya Israel untuk segera menghentikan serangan guna mencegah eskalasi situasi. Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dianggap sebagai preseden berbahaya yang dapat berujung pada konsekuensi fatal. Fu Cong mendesak agar isu nuklir dikembalikan ke jalur dialog dan negosiasi.
Para pakar PBB juga mengutuk serangan Israel terhadap Iran, mendesak pengakhiran konflik. Mereka menyebut serangan itu sebagai "pelanggaran mencolok" terhadap hukum internasional. Mereka menyatakan keprihatinan mendalam atas dampak serangan terhadap warga sipil, terutama wanita dan anak-anak, yang paling rentan dalam konflik bersenjata.
Selain itu, para pakar PBB mempertanyakan waktu serangan Israel yang terjadi menjelang perundingan nuklir antara AS dan Iran. Hal ini memperkuat tuduhan bahwa Israel menimbulkan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan di kawasan dan sekitarnya.