Pasar Keuangan Indonesia Bergolak: IHSG dan Rupiah Tertekan di Tengah Ketidakpastian Global

Jakarta – Pasar keuangan Indonesia mengalami guncangan hebat kemarin, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sama-sama merosot tajam. IHSG kembali terperosok di bawah level psikologis 7.000, sementara rupiah menembus Rp16.300 per dolar AS.

Menjelang penutupan perdagangan minggu ini, IHSG dan rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan akibat aksi ambil untung (taking profit) di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh negosiasi tarif antara AS dan Tiongkok, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Situasi ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.

IHSG ditutup anjlok 1,96% atau 139 poin ke level 6.968,64. Penurunan ini menjadi yang terdalam sepanjang bulan ini dan terburuk sejak lebih dari sebulan terakhir. Mayoritas saham mengalami penurunan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 13,97 triliun. Sektor-sektor utama seperti konsumer primer dan non-primer mencatat penurunan signifikan.

Analis pasar mengaitkan penurunan sektor konsumer dengan tren penurunan daya beli kelas menengah sejak pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi saat ini lebih didorong oleh konsumsi kelas atas, sementara kelas menengah cenderung meningkatkan tabungan mereka.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada Rp 16.390/US$, melemah 0,58%. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif rupiah selama tiga hari berturut-turut dan mencapai level terendah dalam lebih dari sebulan terakhir.

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan dan Bank Indonesia yang juga menahan suku bunga di level 5,50%, serta ketegangan di Timur Tengah, turut memicu penguatan dolar AS sebagai aset safe haven, yang berdampak negatif bagi rupiah.

Imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau menguat, mengindikasikan adanya aksi jual Surat Berharga Negara (SBN) oleh pelaku pasar.

Pasar saham global juga mayoritas melemah, terpengaruh oleh penguatan dolar AS akibat kekhawatiran geopolitik.

Kontrak berjangka (futures) Wall Street mengindikasikan potensi pelemahan pada perdagangan hari ini, dipicu oleh kekhawatiran atas konflik Israel-Iran dan potensi keterlibatan AS.

Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan keterlibatan AS dalam konflik tersebut, yang dapat memicu eskalasi lebih lanjut dan berdampak pada pasokan energi global serta pertumbuhan ekonomi.

Pasar Eropa juga ditutup melemah, seiring dengan reaksi investor terhadap kebijakan moneter Bank of England dan konflik di Timur Tengah.

Secara teknikal, IHSG berada dalam fase konsolidasi bearish, dengan indikator teknikal yang masih negatif.

Ekonom menilai penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh aksi profit taking setelah reli sebelumnya dan perkembangan situasi geopolitik global.

Trump kembali memberikan sinyal kemungkinan partisipasi AS dalam serangan ke Iran, menambah ketidakpastian di pasar.

Menjelang hari efektif kocok ulang indeks FTSE, IHSG diperkirakan akan tetap volatil.

Emiten milik Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), bersiap untuk melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

Bank Rakyat China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan kebijakan suku bunganya hari ini.

Investor perlu mencermati agenda ekonomi dalam dan luar negeri, serta perkembangan emiten di dalam negeri, untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.

Agenda Ekonomi Hari Ini:

  • Suku bunga China Juni 2025
  • Public Expose & Investor Relations PT Bank IBK Indonesia Tbk (IDX: AGRS)
  • Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Paparan Publik (Public Expose) PT Garuda Metalindo Tbk (kode saham: BOLT)
  • CNBC Indonesia menggelar Kelas Cuan Goes to Campus di Bandung, Universitas Kristen Maranatha

Indikator Perekonomian Nasional: Akan diperbarui secara berkala

Scroll to Top