Mantan Pejabat Mossad Sebut Usulan Pertukaran Tahanan Israel dengan Hamas Terlalu Sulit Diterima

TEL AVIV – Usulan Israel terkait pertukaran tahanan dengan Hamas disebut sebagai "usulan paling rumit" yang pernah diajukan. Hal ini disampaikan oleh Rami Igra, mantan kepala unit Penyanderaan dan Orang Hilang dalam Aksi Mossad. Ia berpendapat bahwa Hamas kemungkinan besar tidak akan menerima usulan tersebut.

Dalam wawancaranya dengan Radio 103 FM, Igra mempertanyakan alasan Israel mengajukan usulan yang jelas-jelas sulit diterima. Ia menyoroti poin-poin seperti perlucutan senjata dan rencana pasca-konflik, yang bertentangan dengan tujuan Hamas untuk mempertahankan diri.

Igra menduga bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengajukan usulan ini karena merasa waktunya sebagai pemimpin semakin dekat. Tekanan dari Amerika Serikat, terutama dari Donald Trump yang menginginkan perang segera berakhir, turut memengaruhi situasi ini.

Ia juga menyinggung rencana Trump untuk berkunjung ke Arab Saudi, yang mengusulkan investasi besar di AS. Saudi, kata Igra, mensyaratkan solusi bagi pembentukan negara Palestina sebagai prasyarat normalisasi hubungan dengan Israel.

Menurut Igra, Netanyahu mungkin akan dipaksa untuk melaksanakan tahap kedua dari perjanjian, yang mencakup solusi Mesir terkait komite administratif di Gaza. Ia berpendapat bahwa Israel telah "kalah dalam pertempuran ini" dan tidak memiliki pilihan lain.

Igra juga menyoroti fokus Amerika pada normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi, serta keinginan Trump untuk meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Ia menyimpulkan bahwa Netanyahu berada dalam posisi sulit, harus memilih antara mempertahankan kekuasaan dan menyetujui tahap kedua dari perjanjian.

Scroll to Top