Shell Plc, salah satu raksasa minyak dan gas dunia, telah menyiapkan langkah antisipasi jika ketegangan antara Israel dan Iran berdampak pada distribusi migas dari kawasan tersebut. Perusahaan memperingatkan bahwa potensi blokade Selat Hormuz dapat menciptakan gejolak signifikan di pasar energi global.
Menurut Chief Executive Officer Shell, Wael Sawan, penutupan Selat Hormuz, apapun alasannya, akan memberikan konsekuensi besar terhadap perdagangan global. Oleh karena itu, Shell telah menyiapkan rencana untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Pasar energi global saat ini memantau ketat eskalasi konflik Israel-Iran, termasuk potensi keterlibatan Amerika Serikat. Meskipun harga minyak mentah sempat melonjak akibat perang, sejauh ini belum ada gangguan berarti pada pasokan energi. Namun, para pelaku pasar tetap dalam kondisi siaga tinggi.
Selat Hormuz merupakan jalur vital yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia, menjadi lalu lintas sekitar seperempat perdagangan minyak dunia. Iran sebelumnya pernah menargetkan kapal-kapal yang melintasi selat ini dan mengancam akan menutup jalur perairan tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir, terdapat indikasi gangguan sinyal dari kapal-kapal di sekitar Teluk Persia. Shell menyatakan kehati-hatian yang tinggi terhadap pengiriman di Timur Tengah karena konflik yang sedang berlangsung.
Sejumlah pejabat senior AS tengah mempertimbangkan kemungkinan serangan terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang. Indikasi ini terlihat dari persiapan infrastruktur yang mengisyaratkan potensi keterlibatan langsung Washington dalam konflik. Namun, situasi ini masih sangat dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Analis dari RBC Capital Markets LLC berpendapat bahwa risiko gangguan pasokan energi akan meningkat jika pemimpin Iran merasa terancam keberadaannya. Keterlibatan langsung AS dalam konflik dapat memicu tindakan disruptif yang lebih luas terhadap kapal tanker dan infrastruktur penting di wilayah tersebut.
Harga minyak mentah Brent sempat naik 1,3% menjadi USD77,66 per barel, mendekati level tertinggi sejak Januari. Di sisi lain, Qatar telah meminta kapal tanker untuk menunggu di luar selat hingga siap untuk memuat. Perusahaan pelayaran Jepang, Nippon Yusen KK, juga menginstruksikan kapalnya untuk menjaga jarak aman dari pantai saat berlayar di perairan Iran.