Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah menunjuk tiga ulama senior sebagai kandidat potensial penggantinya, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi konflik dengan Israel. Langkah ini diambil sebagai antisipasi jika Khamenei menjadi target serangan.
Khamenei telah menginstruksikan Majelis Ahli Iran, badan yang berwenang memilih pemimpin tertinggi, untuk memilih penggantinya dari daftar tiga nama yang disiapkannya. Identitas ketiga ulama tersebut masih dirahasiakan.
Meskipun banyak yang berspekulasi bahwa Mojtaba, putra Khamenei, adalah kandidat terdepan, namanya tidak termasuk dalam daftar tersebut.
Langkah antisipatif ini dilakukan seiring dengan persiapan yang dilakukan oleh pejabat tinggi Iran untuk berbagai skenario, termasuk kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik. Pembicaraan rahasia antara diplomat Eropa dan Amerika Serikat juga telah membahas kemungkinan runtuhnya Republik Islam, pengamanan fasilitas nuklir Iran, dan potensi dampak lingkungan dari serangan terhadap fasilitas tersebut.
Kondisi kesehatan Khamenei yang dikabarkan menurun dan kekhawatiran akan upaya pembunuhan telah mendorongnya untuk membatasi komunikasi langsung dan lebih mengandalkan ajudan terpercaya. Serangkaian penunjukan di jajaran komando militer juga telah dilakukan sebagai persiapan jika pejabat penting lainnya menjadi korban.
Di tengah ketegangan ini, panggilan internasional dan koneksi internet di Iran mengalami gangguan, yang mempersulit komunikasi dengan pejabat negara, termasuk Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi.
Sementara itu, sebuah usulan dari Amerika Serikat menawarkan kerangka kerja di mana Iran dapat mengoperasikan program nuklir sipil tanpa pengayaan uranium, dengan membeli bahan bakar nuklir dari negara lain. Opsi lain yang sedang dipertimbangkan adalah inisiatif Oman untuk membentuk konsorsium regional di bawah pengawasan IAEA dan Amerika Serikat yang memungkinkan pengayaan untuk tujuan sipil.