Perbedaan Pendapat Trump dengan Intelijen AS Soal Nuklir Iran Mencuat

Presiden AS, Donald Trump, secara terbuka berbeda pandangan dengan badan intelijen negaranya sendiri terkait ancaman nuklir Iran. Hal ini terungkap setelah Direktur Intelijen Nasional memberikan kesaksian di Kongres yang menyatakan bahwa Iran belum melanjutkan program senjata nuklirnya sejak dihentikan pada 2003.

Trump tidak setuju dengan penilaian tersebut. Ia menyatakan bahwa ia tidak peduli dengan pernyataan intelijen dan percaya Iran berada pada tahap akhir pengembangan senjata nuklir.

"Komunitas intelijen saya salah," tegas Trump.

Meskipun Direktur Intelijen Nasional tampak menyetujui pernyataan Trump dengan menyebutkan bahwa Iran mampu memproduksi senjata nuklir dalam beberapa minggu hingga bulan jika mereka memutuskan untuk melakukannya, namun pernyataan itu tidak bertentangan dengan penilaian sebelumnya bahwa Iran tidak sedang membangun senjata. Penilaian intelijen AS tidak ada yang menyimpulkan bahwa Iran sedang mempersenjatai program nuklirnya.

Tindakan Trump yang secara terbuka menentang komunitas intelijen negaranya dianggap mengejutkan. Para kritikus menuduh Trump mengabaikan bukti untuk membenarkan potensi keterlibatan langsung AS dalam konflik tersebut.

Trump juga meremehkan prospek AS menjadi perantara perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel. Ia berpendapat bahwa akan sulit untuk mengajukan permintaan itu sekarang karena salah satu pihak, yaitu Israel, berada dalam posisi yang lebih kuat.

Trump mengisyaratkan bahwa ia akan membutuhkan waktu dua minggu untuk memutuskan tanggapan AS terhadap konflik tersebut. Para ahli meyakini bahwa keputusan tersebut akan bersifat transformatif.

AS dipandang sebagai salah satu dari sedikit negara yang memiliki pengaruh untuk menekan Israel agar mundur dari ambang perang regional berskala lebih luas. Keterlibatan militer AS juga dipandang sebagai kunci misi Israel untuk membongkar sepenuhnya program nuklir Iran.

Selain itu, Trump juga meremehkan potensi peran negara-negara Eropa dalam meredakan situasi, meskipun Menteri Luar Negeri Iran telah bertemu dengan para diplomat tinggi dari Prancis, Inggris, Jerman, dan Uni Eropa.

Scroll to Top