BUMI Berpotensi Banjir Cuan: Royalti Turun, Trump Bela Batu Bara!

Emiten batu bara grup Bakrie dan Salim, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), berpeluang besar mendulang keuntungan berkat dua faktor utama: perubahan tarif royalti dan dukungan Presiden AS Donald Trump terhadap energi fosil.

Pemerintah Indonesia baru-baru ini menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.18/2025 yang mengubah aturan terkait tarif royalti mineral dan batu bara. Kabar baiknya, perubahan ini justru menguntungkan BUMI sebagai pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Royalti Turun, Kantong BUMI Makin Tebal

Dengan harga batu bara acuan saat ini di bawah US$ 100 per ton, tarif royalti ekspor untuk pemegang IUPK seperti BUMI turun menjadi 18%, dari sebelumnya 25% (generasi 1) dan 24% (generasi 2). Tarif domestik tetap 14%.

Perubahan ini diprediksi akan menjadi katalis positif bagi kinerja keuangan BUMI. Jika dihitung berdasarkan kinerja tahun lalu, penurunan tarif royalti berpotensi memberikan selisih keuntungan sekitar US$ 49,30 juta, atau setara dengan Rp 828,37 miliar (dengan kurs Rp16.800/US$).

Jika keuntungan ini ditambahkan ke laba tahun lalu sebesar US$ 67,4 juta, maka laba BUMI dapat melonjak 73,08% menjadi US$ 116,78 juta. Bahkan, laba bersih BUMI tahun ini diproyeksikan bisa naik hingga 142% secara tahunan (yoy).

Trump Pasang Badan untuk Batu Bara

Selain sentimen positif dari dalam negeri, BUMI juga diuntungkan oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang membela energi fosil, termasuk batu bara. Trump memberikan pengecualian kepada sejumlah perusahaan pembangkit listrik tenaga batu bara dari batasan merkuri dan racun udara.

Pemerintahan Trump memberikan pengecualian kepada 47 perusahaan dari peraturan yang bertujuan mengurangi merkuri dan polutan udara beracun selama dua tahun.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk menghidupkan kembali industri batu bara dan memperpanjang umur pembangkit listrik batu bara yang sudah tua. Meskipun pangsa batu bara dalam pembangkit listrik di AS terus menurun, dukungan Trump tetap menjadi angin segar bagi industri ini.

Indonesia Kecipratan Berkah

Kebijakan Trump yang pro-batu bara ini tentu akan berdampak positif bagi Indonesia, sebagai eksportir batu bara terbesar di dunia. Kontribusi ekspor batu bara mencapai 16% dari total ekspor Indonesia.

Meskipun volume ekspor batu bara Indonesia pada 2024 naik 6,86% menjadi 405,76 juta ton, nilai ekspornya turun 11,86% menjadi US$ 30,49 miliar.

Di tengah rezim tarif baru Trump yang berpotensi membebani biaya impor ke AS, batu bara justru bisa menjadi pemenang. Pasalnya, penyedia energi di Asia yang tertekan oleh tarif baru akan berusaha memangkas biaya listrik. Batu bara, sebagai sumber pembangkit listrik termal termurah di Asia, dapat membantu mereka mempertahankan penjualan ke pasar AS.

Scroll to Top