Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menyampaikan pandangan transformatif mengenai lanskap geopolitik global, menandakan pergeseran dari gagasan tradisional tentang persatuan Barat. Dalam pernyataannya, Uni Eropa (UE) mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat (AS) bukan lagi menjadi mitra dagang utama, menyusul penerapan tarif signifikan oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump.
Von der Leyen menyoroti perubahan dinamika geopolitik sebagai alasan eksplorasi pasar baru di luar AS. "Barat dalam definisi lama sudah tidak relevan," ujarnya, menekankan bahwa dunia kini lebih terhubung secara geopolitik dan UE memperluas jaringan kemitraan globalnya.
Komentar ini muncul setelah AS memberlakukan tarif 20% untuk semua barang UE dan 25% untuk impor mobil, sebagai upaya mengatasi defisit perdagangan yang dianggap besar. UE membalas dengan menerapkan tarif serupa terhadap impor AS. Meskipun ada jeda sementara pada sebagian besar tarif global, ketegangan tetap tinggi.
Menurut von der Leyen, ketegangan dengan AS justru memicu minat negara-negara lain untuk mendekati UE. "Banyak negara mencari peningkatan perdagangan dengan Eropa, bukan hanya dalam konteks ekonomi, tetapi juga dalam pembentukan aturan bersama dan prediktabilitas," jelasnya.
Meskipun menekankan pentingnya persahabatan AS-UE, von der Leyen menyoroti fakta bahwa hanya 13% perdagangan global yang melibatkan AS, sementara 87% sisanya melibatkan negara lain. Oleh karena itu, UE perlu membuka pasar baru dan membangun hubungan erat dengan negara-negara yang memiliki kepentingan yang sama.
Seiring meningkatnya ketegangan, dan pernyataan mantan Presiden Trump bahwa UE "dibentuk untuk mengeksploitasi" Amerika, beberapa pemimpin UE menyerukan evaluasi ulang hubungan bilateral. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bahkan mendesak perusahaan-perusahaan Eropa untuk menghentikan investasi baru di AS, mempertanyakan pesan yang disampaikan dengan berinvestasi miliaran dolar di tengah ketegangan perdagangan.
