Wakil Presiden Amerika Serikat, JD Vance, menyatakan bahwa serangan yang dilancarkan ke Iran semata-mata bertujuan untuk melenyapkan potensi ancaman yang berasal dari program nuklir negara tersebut. Langkah ini, ditegaskan Vance, bukanlah bentuk intervensi dalam perseteruan antara Israel dan Iran.
"Keterlibatan kami saat ini difokuskan secara tajam untuk menghilangkan ancaman program nuklir Iran. Ini akan terus menjadi prioritas utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dan tujuan inilah yang akan memandu tindakan kami dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," ujar Vance dalam sebuah wawancara.
Vance meyakinkan publik bahwa Presiden Donald Trump tetap teguh pada prinsip non-intervensionisme yang digaungkan selama kampanye pemilu 2024.
"Saya kira presiden telah sangat jelas bahwa kami tidak berminat untuk terlibat dalam konflik berkepanjangan di Timur Tengah," imbuhnya.
Meskipun demikian, Vance menekankan bahwa perdamaian hanya dapat dicapai melalui pendekatan yang kuat.
"Ada pertanyaan tentang bagaimana mencapai perdamaian. Kami percaya bahwa cara mencapainya adalah melalui kekuatan," katanya, menanggapi kekhawatiran beberapa pendukung Trump yang resah dengan aksi militer ini.
Menurut Vance, tindakan pemerintah saat ini terarah, strategis, dan tidak dimaksudkan sebagai awal dari keterlibatan militer berskala besar.
"Kami mengambil pendekatan yang sangat sempit dan terbatas untuk menghancurkan program nuklir Iran," jelasnya.
"Justru itulah yang akan memastikan resolusi damai di kawasan tersebut. Kita tidak bisa bersikap lemah. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir."
Vance juga membantah kritik yang datang dari kalangan pendukung gerakan "Make America Great Again" (MAGA), yang menganggap langkah ini bertentangan dengan janji kampanye Trump sebelumnya.
"Presiden, lebih dari siapa pun, khawatir tentang keterlibatan militer jangka panjang. Dan bukan itu yang sedang kita lakukan," tegasnya.
