Iran Tegaskan Pengayaan Uranium Tak Bisa Dinegosiasikan dalam Pembicaraan Nuklir dengan AS

Teheran, Iran – Iran dengan tegas menyatakan pada Rabu (16/4/2025) bahwa hak mereka untuk melakukan pengayaan uranium tidak akan menjadi bagian dari negosiasi dalam perundingan nuklir dengan Amerika Serikat (AS).

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyampaikan pernyataan ini menjelang putaran kedua perundingan yang dijadwalkan berlangsung pada Sabtu (19/4/2025) di Roma, Italia. "Kami siap membangun kepercayaan terkait kekhawatiran tentang pengayaan uranium Iran, tetapi prinsip pengayaan itu sendiri tidak dapat dinegosiasikan," tegas Araqchi.

Pernyataan keras ini merupakan respons terhadap komentar negosiator utama AS, Steve Witkoff, yang sebelumnya menyatakan bahwa Iran harus menghentikan aktivitas pengayaan nuklirnya untuk mencapai kesepakatan dengan Washington. "Iran harus menghentikan dan menghilangkan program pengayaan dan persenjataan nuklirnya," tulis Witkoff.

Negara-negara Barat sebelumnya menuduh Iran memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian tinggi yang melampaui kebutuhan sipil dan mendekati level yang digunakan untuk membuat bom nuklir. Namun, Iran membantah tuduhan tersebut dan bersikeras bahwa program nuklirnya bertujuan damai untuk keperluan energi dan medis.

Menurut laporan, Iran juga diperkirakan akan menolak usulan AS untuk memindahkan stok uranium ke negara lain seperti Rusia sebagai bagian dari kesepakatan nuklir. Mengenai hal ini, Rusia belum memberikan komentar apakah bersedia menampung cadangan uranium Iran. Meskipun demikian, Araqchi dijadwalkan mengunjungi Rusia pada Kamis (17/4/2025).

Putaran pertama pembicaraan antara Iran dan AS berlangsung di Oman dan dinilai positif serta konstruktif oleh kedua belah pihak. Namun, lokasi putaran kedua tiba-tiba dipindahkan ke Roma, Italia, yang menuai kritik karena dianggap dapat mengancam kelangsungan proses dialog.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, juga diundang ke Roma untuk menghadiri pertemuan tersebut. Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menegaskan bahwa negaranya tidak akan terlibat dalam proses negosiasi, melainkan hanya berperan sebagai jembatan perdamaian.

Scroll to Top