Sebuah pencapaian luar biasa berhasil diraih oleh Badan Antariksa Eropa (ESA), yang untuk pertama kalinya berhasil mengabadikan gambar kutub selatan Matahari. Ini adalah momen bersejarah, mengingat area tersebut sebelumnya sulit dijangkau dan belum pernah terekam sebelumnya.
Penantian Panjang Berbuah Hasil: Kutub Selatan Matahari Terungkap
Solar Orbiter telah memulai proyek pengambilan gambar kutub selatan Matahari sejak 23 Maret, namun baru pada 11 Juni 2025, hasil potret tersebut dapat dinikmati. Gambar ini menyajikan pemandangan yang belum pernah dilihat atau direkam oleh manusia maupun wahana antariksa lainnya.
"Hari ini, kita mempersembahkan pandangan pertama umat manusia tentang kutub Matahari," ungkap seorang perwakilan ESA. "Misi Solar Orbiter ini menandai era baru dalam ilmu pengetahuan Matahari."
Era Baru dalam Memahami Matahari
Keberhasilan ini diraih setelah Solar Orbiter melakukan penelitian selama beberapa bulan terakhir, dengan memiringkan orbitnya hingga 17 derajat di bawah khatulistiwa Matahari. Hasilnya memberikan perspektif baru dan unik, menjadi awal dari era baru dalam penelitian Matahari.
Gambar-gambar yang diambil mencakup rentang gelombang cahaya tampak dan ultraviolet yang luas. Para ilmuwan menggunakan tiga dari sepuluh instrumen yang terpasang di Solar Orbiter untuk menangkap potret kutub selatan.
Temuan Menarik di Kutub Matahari
Solar Orbiter berhasil mengumpulkan data Matahari yang kaya warna, termasuk pandangan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang tumpukan magnetik Matahari. Selain itu, temuan ini menyoroti pergerakan berkecepatan tinggi dengan unsur-unsur kimia tertentu, yang terbawa oleh semburan plasma yang membentuk angin Matahari.
ESA menyatakan bahwa data ini akan meningkatkan pemahaman tentang angin Matahari, cuaca antariksa, dan siklus aktivitas Matahari yang berlangsung sekitar 11 tahun ke depan.
Merekam Aktivitas di Kutub Selatan
Selama penelitiannya, Solar Orbiter merekam aktivitas Matahari, termasuk letusan berintensitas tinggi yang menandakan aktivitas puncak atau solar maximum. Para peneliti menggunakan pengukuran magnetik melalui instrumen Polarimetric and Helioseismic Imager (PHI) untuk membuat peta medan magnet Matahari.
Peta tersebut menunjukkan bahwa kutub Matahari dipenuhi dengan medan magnet kutub utara dan selatan. Kekacauan magnetik ini diamati sebagai fenomena sementara yang menandakan pembalikan medan magnet Matahari, sebuah siklus yang terjadi setiap 11 tahun sekali.
ESA menjelaskan bahwa pembalikan magnet pada kutub selatan Matahari menandai akhir dari periode aktivitas tinggi maksimum Matahari dan transisi menuju ketenangan relatif pada minimum Matahari berikutnya, yang diperkirakan akan terjadi sekitar 5 hingga 6 tahun dari sekarang.
Penelitian Lanjutan: Mengungkap Misteri Matahari Lebih Dalam
Solar Orbiter masih memiliki kesempatan untuk menguji berbagai prediksi dalam beberapa tahun mendatang. Dengan bantuan gravitasi Venus, orbitnya akan terus dimiringkan lebih jauh dari ekuator Matahari, mencapai 24 derajat pada Desember 2026 dan 33 derajat pada Juni 2029. Sudut pandang yang semakin tajam ini akan mengungkap kutub selatan Matahari dengan detail yang lebih besar dan akurat.
"Penelitian saat ini baru merupakan langkah pertama," ujar seorang ilmuwan proyek Solar Orbiter ESA. "Data yang kami peroleh berpotensi mengubah pemahaman tentang medan magnet Matahari, angin Matahari, dan aktivitas Matahari secara keseluruhan."
Keberhasilan ini adalah kabar gembira dan membuka jalan bagi penelitian lanjutan untuk mengungkap informasi lebih detail tentang Matahari, bintang terdekat kita.