Akhir pekan lalu menjadi mimpi buruk bagi Bitcoin. Harga mata uang kripto ini mengalami penurunan tajam di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kekhawatiran inflasi global.
Pada hari Minggu, harga Bitcoin sempat menyentuh titik terendahnya dalam lebih dari sebulan, menembus angka US$ 99.000. Penurunan ini dipicu oleh eskalasi konflik antara Iran dan Israel, yang diperparah dengan keterlibatan Amerika Serikat.
Situasi semakin memanas dengan ancaman Iran untuk memblokir Selat Hormuz, jalur pelayaran vital yang menyalurkan 20% pasokan minyak dunia.
Analis JPMorgan memperingatkan, penutupan Selat Hormuz dapat memicu lonjakan harga minyak hingga US$ 130 per barel. Akibatnya, inflasi di Amerika Serikat berpotensi meroket kembali ke angka 5%, memaksa The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga secara agresif.
Kondisi ini membuat investor panik dan memilih untuk beralih ke aset yang lebih aman, seperti mata uang Dolar, daripada berspekulasi dengan aset berisiko seperti kripto. Sentimen risk-off ini semakin menekan harga Bitcoin.