Pasar Keuangan Indonesia Terguncang: Geopolitik Timur Tengah dan Suku Bunga The Fed Jadi Sorotan Utama

Pekan lalu menjadi periode yang penuh tantangan bagi pasar keuangan Indonesia, dengan mayoritas indikator ditutup di zona merah. Tensi geopolitik yang memanas di Timur Tengah, ditambah dengan keputusan the Fed untuk kembali menahan suku bunga, menjadi faktor penekan utama. Kondisi ini diperkirakan masih akan mendominasi sentimen pasar pada pekan ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan signifikan sebesar 3,61% dan berakhir di level 6.907,13. Penurunan ini menghapus sebagian besar keuntungan yang diraih pada bulan Mei. Arus modal asing keluar (outflow) juga tercatat cukup besar, mencapai Rp2,73 triliun, terutama dipicu oleh rebalancing indeks FTSE. Saham-saham perbankan besar seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI menjadi target utama penjualan asing.

Nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan dan terdepresiasi sebesar 0,55% menjadi Rp16.380 per dolar AS. Penguatan indeks dolar AS (DXY) setelah keputusan the Fed turut memperburuk pelemahan rupiah. Pasar obligasi juga tidak luput dari aksi jual, dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik menjadi 6,75%.

Wall Street pun turut merasakan imbasnya, dengan sebagian besar indeks mengalami koreksi. Kekhawatiran akan keterlibatan AS dalam konflik di Timur Tengah menjadi sentimen negatif utama. Pernyataan pejabat the Fed mengenai potensi kenaikan inflasi juga menambah ketidakpastian di pasar.

Sentimen Utama yang Mempengaruhi Pasar Pekan Ini:

  • Konflik Timur Tengah Meningkat: Pengumuman keterlibatan AS dalam serangan di Iran memicu kekhawatiran eskalasi konflik dan dampaknya terhadap ekonomi global.

  • Blokade Selat Hormuz: Parlemen Iran menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz sebagai respons atas serangan AS. Selat ini merupakan jalur penting bagi pengiriman minyak dunia, dan penutupannya dapat memicu lonjakan harga minyak.

  • Potensi Lonjakan Harga Minyak: Harga minyak berpotensi melonjak signifikan jika Selat Hormuz diblokade. Beberapa proyeksi menyebutkan harga minyak bisa mencapai US$130-US$240 per barel, yang akan memicu inflasi global dan menunda penurunan suku bunga.

  • Data Ekonomi AS dan Pidato Powell: Pasar akan mencermati data inflasi AS (Core PCE) dan pidato Ketua The Fed Jerome Powell untuk mendapatkan petunjuk mengenai kebijakan moneter ke depan.

  • Kongres Partai Komunis China: Pertemuan Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) akan membahas kebijakan ekonomi dan respons terhadap ketegangan dagang dengan AS.

  • Data Ekonomi Eropa: Investor akan memantau data PMI dan inflasi dari negara-negara utama Eropa.

  • Data Uang Beredar Indonesia: Bank Indonesia akan mengumumkan data uang beredar bulan Mei 2025, yang akan memberikan gambaran mengenai aktivitas ekonomi domestik.

  • Ex-date Dividen: Hari ini, beberapa emiten besar seperti ANTM dan PTBA akan mengalami ex-date dividen, yang berpotensi memicu penurunan harga saham.

  • Pembukaan Kode Domisili: Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana membuka kembali kode domisili investor pada bulan Juli 2025, yang diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan likuiditas pasar.

Agenda Penting Hari Ini:

  • Pidato pejabat The Fed (Daly, Waller, Bowman)
  • Pengumuman data uang beredar oleh Bank Indonesia (BI)
  • Data PMI Flash Service dan Composite Jepang
  • Data PMI Flash Service, Composite, dan Manufacturing Amerika Serikat (AS)
Scroll to Top