Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada perdagangan hari ini, Senin (23/6/2025), tertekan oleh sentimen negatif dari berbagai faktor global.
Pada awal sesi perdagangan, IHSG merosot 1,07% atau 73,66 poin, mencapai level 6.833,47. Mayoritas saham mengalami penurunan, dengan sektor utilitas dan properti mencatatkan koreksi terbesar. Hanya sektor energi yang mampu menahan penurunan lebih dalam berkat lonjakan harga saham-saham minyak dan gas. Saham-saham perbankan dengan kapitalisasi besar menjadi pemberat utama bagi kinerja IHSG.
Kondisi risk-off di kalangan investor dipicu oleh meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah dan ekspektasi kebijakan hawkish dari bank sentral AS, The Fed.
Agresi AS di Iran Memicu Kekhawatiran
Presiden AS mengumumkan bahwa pasukan Amerika Serikat telah menyerang tiga lokasi nuklir di Iran pada Sabtu malam (21/6/2025). Serangan ini memperluas konflik Israel-Iran dan meningkatkan risiko keterlibatan negara-negara besar lainnya.
Iran Memblokade Selat Hormuz, Harga Minyak Meroket
Sebagai respons terhadap serangan AS, Parlemen Iran menyetujui penutupan Selat Hormuz, jalur transit minyak global yang krusial. Langkah ini memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dunia dan mendorong harga minyak melonjak.
Beberapa proyeksi menyebutkan harga minyak mentah dapat mencapai US$240 per barel jika blokade Selat Hormuz berlangsung lama. Kondisi ini berpotensi memicu inflasi global dan menunda ekspektasi penurunan suku bunga.
Menanti Data Ekonomi AS dan Arahan Kebijakan The Fed
Selain konflik di Timur Tengah, pasar juga menantikan rilis data ekonomi AS, terutama data Core PCE bulan Mei, yang menjadi acuan inflasi bagi The Fed. Data ini akan memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed selanjutnya.
Investor juga akan mencermati pidato Chairman The Fed Jerome Powell di hadapan senat, untuk mendapatkan panduan mengenai kebijakan moneter di tengah ketidakpastian global. Pernyataan Powell akan menjadi sorotan setelah The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan sebelumnya dan memberikan sinyal yang kurang optimistis terkait pemangkasan suku bunga di masa depan.