Putin Kecam Serangan AS ke Iran, Sebut Agresi Tak Berdasar!

Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan tegas mengecam agresi militer Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Pernyataan ini muncul setelah AS melancarkan serangan terhadap sejumlah fasilitas nuklir di negara tersebut.

Dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, di Moskow, Putin menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan tindakan agresi yang sama sekali tidak memiliki dasar dan tidak dapat dibenarkan. "Ini adalah agresi yang sama sekali tidak beralasan terhadap Iran," tegas Putin, sambil menambahkan bahwa Rusia akan "berupaya memberikan bantuan kepada rakyat Iran."

Komentar keras dari Presiden Rusia ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, menyusul serangan udara terkoordinasi yang dilakukan AS dan Israel terhadap target-target di Iran. Serangan AS pada hari Minggu menargetkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, yang kemudian dibalas oleh Iran dengan serangan rudal dan pesawat tak berawak.

Sebelumnya, Kremlin telah menyampaikan keprihatinan mendalam atas situasi di Iran, dan memperingatkan bahwa tindakan AS telah memperluas jumlah pihak yang terlibat dalam konflik serta memicu eskalasi baru. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga menyoroti kekhawatiran terkait nasib situs nuklir Iran dan potensi risiko radiasi.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presiden Putin atas kecamannya terhadap serangan AS. Araghchi menyatakan bahwa Rusia berada di "sisi sejarah yang benar" dan menyampaikan salam dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Masoud Pezeshkian kepada Putin. Juru bicara kementerian Esmail Baghaei juga menambahkan bahwa Iran memiliki harapan besar dari Rusia berdasarkan kemitraan strategis mereka di forum multilateral seperti Dewan Keamanan PBB dan di kawasan.

Meskipun Rusia memiliki perjanjian kemitraan strategis dengan Iran yang ditandatangani pada Januari lalu, Moskow belum menawarkan bantuan militer langsung kepada Teheran. Putin sebelumnya juga sempat menawarkan diri sebagai mediator, namun upaya ini tidak berlanjut setelah Presiden AS Donald Trump menolak peran mediasi Kremlin.

Scroll to Top