Kelelawar, sering dianggap sebagai pembawa virus mematikan seperti Ebola, SARS, MERS, dan COVID-19, ternyata memiliki keistimewaan yang membuat mereka kebal terhadap penyakit yang mereka bawa. Fenomena unik ini mendorong para ilmuwan untuk mengungkap misteri sistem imun kelelawar yang luar biasa.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa sistem kekebalan kelelawar sangat berbeda dari mamalia lain, termasuk manusia. Kelelawar mampu hidup berdampingan dengan virus tanpa memicu respons imun berlebihan yang dapat merusak jaringan tubuh mereka. Sistem imun mereka sangat efisien dan stabil.
Kelelawar secara konstan memproduksi interferon tipe I, protein antivirus yang biasanya dilepaskan tubuh saat melawan infeksi. Pada kelelawar, interferon ini selalu aktif pada tingkat rendah yang stabil, memungkinkan mereka mengendalikan jumlah virus tanpa menyebabkan peradangan atau reaksi autoimun.
Profesor Linfa Wang menjelaskan bahwa kelelawar memiliki sistem kekebalan yang sangat toleran. Mereka tidak bereaksi berlebihan terhadap virus, namun tetap menjaga kesehatan tubuh. Strategi ini melindungi mereka dari kerusakan jaringan yang disebabkan oleh respons imun, seperti yang sering terjadi pada manusia yang terinfeksi virus.
Selain sistem imun yang stabil, metabolisme kelelawar juga berperan penting dalam ketahanan mereka. Kemampuan terbang membuat metabolisme tubuh kelelawar bekerja cepat, menghasilkan tingkat stres oksidatif yang tinggi. Kelelawar telah beradaptasi sehingga sel-sel tubuhnya mampu bertahan terhadap stres ini, yang juga menjaga kestabilan sistem imun mereka.
Penemuan ini membuka peluang besar bagi pengembangan cara baru dalam menangani penyakit virus. Jika sistem kekebalan manusia dapat dimodifikasi untuk meniru cara kerja imunitas kelelawar, risiko kematian akibat virus dapat dikurangi secara signifikan. Para ilmuwan sedang menjajaki kemungkinan penciptaan obat atau terapi berdasarkan prinsip toleransi imun kelelawar.
Saat ini, kelelawar menjadi fokus utama dalam penelitian virologi dan imunologi. Dengan memahami cara mereka bertahan dari paparan virus tanpa sakit, diharapkan peneliti dapat merumuskan strategi pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif untuk manusia. Kelelawar tidak hanya memiliki peran penting di ekosistem, tetapi juga berpotensi menjadi kunci untuk pengendalian pandemi di masa depan.